“TAHAP MENYIMAK ”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah
Satu Tugas
Matakuliah Keterampilan
Menyimak Dosen
Pengampu : Haerudin, M.Pd
Disusun Oleh :
Dhea Ningtyas
Kelas
: A3
Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah Tangerang
2016
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah tentang Tahap-tahap menyimak
Makalah ini merupakan
rangkaian tugas dalam pelaksanaan tugas individu yang bertujuan untuk memajukan
pengetahuan tentang makalah ini. Saya sebagai penulis meminta maaf atas segala
kekurangan makalah yang telah saya buat.
Akhir kata, segala
kritik dan saran yang membangun akan saya terima dengan senang hati dan tangan
terbuka demi perbaikan dimasa mendatang.
Tangerang,29
Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang ..................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ................................................................ 2
C.
Tujuan
Penulisan .................................................................. 2
D.
Manfaat
Penulisan ................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian
Menyimak ........................................................... 3
B. Tahap-Tahap Menyimak menurut para ahli ......................... 4
C.
Tahap-Tahap Menyimak ...................................................... 4
BAB III PENUTUP ............................................................................ 9
A.
Kesimpulan
.......................................................................... 9
B.
Saran
................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan dan
menyimak. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara sekilas,
mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang dilakukan tanpa
sengaja atau secara kebetulan saja.
Contoh
: Saat Anda mengikuti kegiatan perkuliahan, Anda mendengar benda jatuh. Anda
menoleh kearah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa kemudian Anda
melanjutkan kembali kegiatanya.
Mendengarkan
adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan sengaja
tetapi belum ada unsur pemahaman.
Contoh
: saya sedang membuat materi perkuliahan Bahasa Indonesia. Saat saya sedang
menulis, tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian saya
berhenti sejenak sambil menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya
mengerjakan tugas lagi.
Sedangkan Menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008:31).
Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya
menyimaknya dengan sungguh-sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal
penting yang ada kaitannya dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali
saya mengangguk-anggukan kepala karena saya memahami apa yang telah dijelaskan.
Saat guru memberi kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya
pahami. Sebelum berakhir, saya merasa puas mengenai pembelajaraan yang telah
dibahas.
Setelah membaca dan memahami ketiga kata dan contoh
diatas, maka penulis berkelanjutan mengajak pembaca untuk memahami konsep atau
pengetahuan istilah menyimak.
B.
Rumusan
Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan Menyimak?
2) Apa saja tahap-tahap Menyimak menurut para ahli?
3) Apa saja tahap-tahap Menyimak?
C.
Tujuan
1) Mengetahui Pengertian Menyimak.
2) Mengetahui Tahap-tahap menyimak menurut para ahli.
3) Memahami Tahap-tahap Menyimak.
D.
Manfaat
Dengan keberadaan makalah ini kita dapat meningkatkan cakrawala ilmu kita
tentang Tahap-tahap Menyimak.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Menyimak
Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan
mendengarkan. Namun, kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat
perbedaan pengertian. Mendengarkan didefinisikan sebagai suatu proses
penerimaan bunyi yang dating dari luar tanpa banyak memerhatikan makna dan
pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak adalah proses mendengar dengan pemahaman
dan perhatian terhadap makna dan pesan
bunyi itu. Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk mendengar,
sebaliknya mendengar belum tentu menyimak. Di dalam Bahasa Inggris terdapat
istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan “to hear” untuk mendengar.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan (Tarigan, 2008:31).
Jika keterampilan menyimak dikaitkan dengan
keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan berbahasa ini
berhubungan erat, karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi.
Perbedaannya terlrtak dalam hal jenis komunikasi, Menyimak berhubungan dengan
komunikasi lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tertulis.
Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan, yaitu memperoleh informasi,
menangkap isi, memahami makna komunikasi.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang
cukup kompleks karena melibatkan berbagai proses menyimak dalam saat yang sama.
Pada saat menyimak mendengar bunyi berbahasa, pada saat itu pula mentalnya
aktif bekerja mencoba memahami, menafsirkan apa yang disampaikan apa yang
disampaikan pembicara, dan pada saat itu harus menerima respons. Pada dasarnya
respon yang diberikan itu akan terjadi setelah terjadinya integrasi antara
pesan yang didengar dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman penyimak.
Respon itu bisa sama dengan dengan yang dikehendaki pembicara dan bisa pula
tidak sama.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat menyimak
itu adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi,
menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil penafsiran, dan proses penyimpanan,
serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran itu dengan keseluruhan
pengetahuan dan pengalaman.
B. Tahap-tahap Menyimak dari Pendapat
Beberapa Para Ahli
Tahap menurut “Laban”
v Pemahaman
v Penginterpelasikan
Penilaian
tahap menurut “Logan dan Greene”
v Mendengar
v Memahami
v Mengevaluasi
v Menanggapi
Tahap
menurut “Walker Morris”
v Mendengarkan
v Perhatian
v Menilai
v Menanggapi
C. Tahap-tahap Menyimak
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan
menyimak pada para siswa sekolah dasar, Ruth G. Stickland menyimpulkan adanya
Sembilan tahap menyimak, dari yang tidak berketentuan sapai pada yang amat bersungguh-sungguh.
Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai berikut:
1) Menyimak berkala, yang
terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam
pembicaraan mengenai dirinya;
2) Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan
perhatian kepada hal-hal diluar pembicaraan;
3) Setengah menyimak, karena
terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati
serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anaks;
4) Menyimak serapan, karena
sang anak keasyikan menyerap hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan
penjaringan pasif yang sesungguhnya;
5) Menyimak sekali-sekali,menyimpan
sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian secara seksama berganti dengan
keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik
hatinya saja;
6) Menyimak Asosiatif, hanya
mengingat penggalaman-penggalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan
sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang diberikan
sang pembicara.
7) Menyimak dengan reaksi berkala, terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan;
8) Menyimak secara seksama, dengan
sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara;
9) Menyimak secara aktif, untuk
mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang
pembicara.(Tarigan,2008:31-32)
Perbedaan
tahap-tahap menyimak sebenarnya mencerminkan perbedaan taraf keterlibatan
seseorang terhadap isi pembicaraan yang disajikan sang pembicara.
Situasi-situasi berikut ini merupakan contoh tahap-tahap menyimak ditinjau dari
segi perbedaan maksud dan tujuan.
a) Mendengar bunyi kata-kata tetapi tidak memberikan reaksi kepada ide-ide
yang diekspresikan, misalnya seorang ibu tau bahwa putrinya nonberbicara, namun
sang ibu tidak memperhatikannya.
b) Menyimak sebentar-sebentar, memperthatikan sang pembicara
sebentar-sebentar; misalnya mendengar suatu ide pada suatu khotbah atau
ceramah, tetapi ide-ide lainnya tidak deidengar apalagi didengarkan.
c) Setengah menyimak, mengikuti diskusi atau pembicaraan hanya dengan maksud
suatu kesempatan untuk mengekspresikan ide sendiri; misalnya seseorang yang
mendengarkan suatu percakapan hanya untuk mencari kesempatan untuk mengemukakan
kepada hadirin bagaimana cara berternak ulat sutera.
d) Menyimak secara pasif, dengan sedikitresponsi yang keliatan, misalnya
sang anak mengetahui bahwa sang guru mengatakan pada seluruh kelas untuk yang
kedua kalinya bagaimana cara berjalan di dalam ruangan agar tidak menggangu
orang lain. Karena sang anak sudah mengetahui hal itu, penyimakannya bersifat
pasif saja, dan responsinya tidak begitu besar.
e) Menyimak secara sempit, dalam hal ini makna atau penekanan yang penting
pudar dan lenyap karena sang penyimak menyeleksi butir-butir yang biasa, yang
berkenan, ataupun yang sesuai padanya, dan yang dapat disetujuinya, misalnya
seorang anggota Partai Republik menyimak pembicaraan seorang tokoh dari partai
lain. Karena kesibukannya memilih ide yang diinginkannya, dia kehilangan ide
utama sang pembicara. Inilah akibat penyimakan yang sempit, ketertutupan hati
seseorang.
f) Menyimak serta membentuk asosiasi-asosiasi dengan butir-butir yang
berhubungan dengan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang, misalnya seorang
siswa sekolah dasar mendengar bunyi awal kata-kata Karim, kurang, kaya, karena, kita, dan menghubungkannya dengan
huruf k.
g) Menyimak suatu laporan untuk menangkap ide-ide pokok dan unsur-unsur
penunjang, atau mengikuti petunjuk-petunjuk, menyimak peraturan-peraturan sera
uraian-uraian suatu permainan baru.
h) Menyimak secara Kritis, seorang penyimak memperhatikan nilai-nilai kata
emosional dalam suatu iklan advertensi yang disiarkan melalui radio.
i)
Menyimak secara apresiatif dan kreatif dengan
responsi mental dan emosional sejati yang matang, misalnya seorang pahlawan
menentang penjajahan, dam memperoleh kegembiraan karena dapat mengetahui
sifat-sifat pahlawan sejati. (Tarigan, 2008:33-34)
Ada
pakar lain yang mengemukakan adanya 7 tahapan dalam menyimak:
1) Isolasi : pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-aspek individual kata lisan
dan memisah-misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide,
fakta-fakta,organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulus-stimulus
lainnya.
2) Identifikasi : sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna atau
identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu.
3) Integrasi : Kita mengintegrasikan atau menyatupadukan sesuatu yang kita dengar dengar
informasi lain yang telah kita simpan dan rekam dalam otak kita. Oleh karena
itulah, pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini. Kalau proses menyimak
berlangsung, kita harus terlebih dahulu harus mempunyai beberapa latar belakang
atau pemahaman mengenai bidang pokok pesan tertentu. Kalau kita tidak memiliki
bahan penunjang yang dapat dipergunakan untuk mengintegrasikan informasi yang
baru itu, jelas kegiatan menyimak itu akan menemui kesulitan atau kendala.
4) Inspeksi : pada tahap ini, informasi baru yang telah kita terima dikontraskan dan
dibandingkan dengan segala informasi yang telah kita miliki mengenai hal
tersebut. Proses ini akan menjadi paling mudah berlangsung kalau informasi baru
justru menunjang prasangka atau prakonsepsi kita. Akan tetapi, kalau informasi
baru itu bertentangan dengan ide-ide kita sebelumnya mengenai sesuatu, kita
harus mencari serta memiliki hal-hal tertentu dan informasi yang lebih
mendekati kebenaran.
5) Interprestasi : pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita dengar
dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. Kita pun mulai menolak dan
menyetujui sera mengakui dan mempertimbangkan informasi tersebut dengan
sumber-sumbernya.
6) Interpolasi : selama tdak ada pesan yang membawa makna dalam dan memberi informasi,
tanggung jawab kitalah untuk menyidiakan serta memberikan data-data dan ide-ide
penunjang dari latar belakang pengetahuan dan pengalaman kita sendiri untuk
mengisi serta memenuhi butir-butir pesan yang kita dengar.
7) Interospeksi : Dengan cara merefleksikan dang menguji informasi baru, kita berupaya
untuk mempersonalisasikan informasi tersebut dan menerapkannya pada
situasi kita sendiri (Tarigan,
2008:35-36)
Ketujuh tahap diatas belumlah mencakup seluruh jajaran kegiatan menyimak,
tetapi sudah mengemukakan metode bagi telaah perilaku menyimak, dan juga
merupakan suatu petunjuk bagi pemecahan masalah yang kadang-kadang timbul dalam
proses menyimak. Ketujuh tahap menyimak diatas, yang dapat kita rumuskan
sebagai 7I(Tujuh 1).
Kita mengetahui bahasa dalam pendidikan formal disekolah. Para guru,
membimbing kegiatan menyimak anak-anak didik kita sehingga daya simak mereka
dapat bersifat selektif, bertujuan, tepat, kritis, dan kreatif, seperti kita
juga dapat membimbing mereka dalam pertumbuhan dan peningkatan keterampilan
membaca, menulis, dan berbicara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan
(Tarigan, 2008:31).
Ada tahap Menyimak menurut Para Ahli:
Tahap menurut “Laban”
v Pemahaman
v Penginterpelasikan
Penilaian
tahap menurut “Logan dan Greene”
v Mendengar
v Memahami
v Mengevaluasi
v Menanggapi
Tahap
menurut “Walker Morris”
v Mendengarkan
v Perhatian
v Menilai
v Menanggapi
Ada Sembilan tahap menyimak menurut Strickland and
Anderson:
1) Menyimak Berkala.
2) Menyimak dengan perhatian dangkal.
3) Setengah Menyimak.
4) Menyimak Serapan.
5) Menyimak Sekali-sekali.
6) Menyimak Asosiatif.
7) Menyimak dengan reaksi berkala.
8) Menyimak secara seksama.
9) Menyimak secara aktif.
Tujuh Tahap menyimak menurut Hunt, yaitu Isolasi, Identifikasi,
Integrasi, Inspeksi, Interpolasi, Interprestasi, Introspeksi.
B. Saran
Saran Penulis yaitu bahwa semoga dengan adanya makalah ini diharap pembaca
dapat memberikan saran dan kritik agar pembuatan makalah kedepanya dapat lebih
baik lagi. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu dan
memudahkan pembaca dalam mengetahui Pengertian Menyimak dan Tahap-tahap dalam Menyimak.
Daftar
Pustaka
Myetha, 2012. Makalah pengertian dan tujuan menyimak. http://myyeerhaa.blogspot.co.id/2012/03/laporan-hasil-suasanaa-menyimak-defensif.html. Diakses tanggal 30 maret 2012.
Tarigan,Guntur.2008.MENYIMAK.Bandung:Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar