Minggu, 25 Desember 2016


MAKALAH
MENYIMAK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah menyimak
Dosen pengampu :
Haerudin, M.Pd





Disusun oleh :
Aji Juniarsyah Nabawi
Kelas : A3

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG






KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah dengan judul Jenis-jenis menyimak intensif”.
     Sholawat teriring salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang benderang.
     Tujuan dibuatnya makalah ini diharapkan agar dijadikan sebagai wawasan kita terhadap mata kuliah “ MENYIMAK” sesuai dengan tema yang kami angkat. Penyusun telah berusaha demi keberhasilan dan kesempurnaan makalah ini. Namun, kami merasa masih terlalu banyak kekurangan.Oleh karena itu, kami mohon kritikan dan saran yang membangun baik dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan mahasiswa.
     Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Makalah ini, semoga dengan apa yang ada dalam Makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amiin ...




Daftar isi
Kata pengantar  ………………………………………………. i
Daftar isi ……………………………………………………... ii

Bab l Pendahuluan ……………………………………..……...1
1.      Latar belakang …………………………………………1
2.      Rumusan masalah …………………………………..... 1
3.      Manfaat dan tujuan …………………………………... 1
Bab II Pembahasan  ………………………………………….. 2
A.    Pengertian menyimak ………………………………... 2
B.     Tujuan menyimak ……………………………………. 2
C.     Jenis-jenis menyimak ….………………………………3
D.    Tahap-tahap menyimak …………………………….....6
E.     Teknik pembelajaran menyimak …………………….. 6
F.      Faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak .……... 9
Bab III Penutupan ……………………………………....…… 11
A. Kesimpulan …………………………………………….12
B. Saran ……………………………………………………12
Daftar pustaka  ………………………………………………. .13



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan memberikan pengetahuan kebahasaan agar murid mampu menguasai bahasa Indonesia sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan ini maka, pada dasarnya ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh murid secara baik dan benar sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu keterampilan menyimak (listening skill) keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill).
Dari keempat keterampilan berbahasa (language skill) yang dikemukakan di atas, hanya keterampilan menyimak yang akan menjadi perhatian dalam makalah ini karena pada umumnya pengetahuan diperoleh melalui keterampilan menyimak. Setiap orang mendengar berita-berita melalui media massa maupun informasi melalui tatap muka, saat itu telah berlangsung pula kegiatan menyimak. Oleh karena itu, pengajaran menyimak mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah dasar sebab kemampuan menyimak yang baik adalah kondisi awal untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik.
2.      Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan menyimak?
1.      Apa tujuan menyimak?
2.      Apa saja jenis menyimak?
3.      Apa saja tahap-tahap menyimak?
4.      Apa saja teknik pembelajaran menyimak ?
5.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak?

3.         Manfaat dan Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian menyimak
a.       Mahasiswa dapat mengetahui tujuan menyimak
b.      Mahasiswa dapat menyebutkan jenis-jenis menyimak
c.       Mahasiswa dapat memahami tahap-tahap menyimak
d.      Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi :
1)                kemampuan siswa menyimak di Sekolah Dasar
2)                Mahasiswa dapat memahami upaya meningkatkan kemampuan siswa
3)                menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar




BAB II
PEMBAHASAN
A.          Pengertian Menyimak
Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat perbedaan pengertian. Mendengar didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna dan pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak adalah proses mendengar dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar belum tentu menyimak. Di dalam bahasa Inggris terdapat istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan “to hear” untuk mendengar.
Menurut Poerwadarminta (1984: 941) “Menyimak adalah mendengar atau memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”.Menyimak merupakan proses pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan lambang-lambang lisan, sedangkan mendengar adalah suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna itu.
Jika keterampilan menyimak dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan membaca, maka kedua keterampilan berbahasa ini berhubungan erat, karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Perbedaannya terletak dalam hal jenis komunikasi. Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan, yaitu memperoleh informasi, menangkap isi, memahami makna komunikasi.
Menurut Tarigan (1993: 20) mengemukakan pengertian menyimak sebagai berikut: menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap serta, memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau bahasa lisan. Dari uraian di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa menyimak adalah mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya.Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena melibatkan berbagai proses menyimak dalam saat yang sama. Pada saat menyimak mendengar bunyi berbahasa, pada saat itu pula mentalnya aktif bekerja mencoba memahami, menafsirkan apa yang disampaikan pembicara,  dan pada saat itu ia harus menerima respons. Pada dasarnya respons yang diberikan itu akan terjadi setelah terjadinya integrasi antara pesan yang didengar dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman penyimak. Respon itu bisa sama dengan yang dikehendaki pembicara dan bisa pula tidak sama.dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran itu dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman.                                    
B.   Tujuan Menyimak
1.      Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut bertujan agar ia dapat 
2.      memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
3.      Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipagelarkan (teruatama sekali dalam bidang seni)
4.      Menyimak untuk mengevaluasi dimana orang menyimak dengan maksud agar ia dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tidak logis, dan lain-lain)
5.      Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang menyimak dapat menikmati seta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan berita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan pendebatan)
6.      Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana orang yang menyimak bermaksud agar ia dapat menkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
7.      Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia dapat membedakan  bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedaskan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker)
8.      Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia dapat memecahkan masalah  secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
9.      Menyimak untuk meyakinkan dimana orang yang menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan.                                     
C.   Jenis - Jenis Menyimak
Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (Sutari, 1998: 47) adalah sebagai berikut:
1.      Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Penggunaan yang paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Selain itu, dapat pula murid dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya.Pada umumnya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya
Menyimak jenis ini diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan.Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. Dan kedua mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut. Menyimak secara kebetulan seperti itu sangat penting sepanjang hidup kita dan dapat dikatakan mempunyai beberapa fase, yaitu:
1.)    Menymak sosial,
2.)    Menyimak skunder, dan
3.)    Menyimak estetik.
Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:
(i)                 Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian terhadap percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud
(ii)                Menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan penyimak dalam proses komunikasi tersebut (Anderson; 1972:69). Orang-orang yang dapat menaati kedua hal tersebut dikatakan sebagai anggota-anggota masyarakat yang baik.
b.      Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan extensive listening)
Berikut ini dua buah contoh menyimak sekunder:
1.)    Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada seorang teman yang di rumah.
2.)    Sambil menikmati music, kita ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah liat,  membuat sketsa, dan latihan menulis indah (Dawson [et all]
c.       Menyimak estetik (aesthetic listening) disebut juga menyimak apresiatif (apreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif,
Menyimak estetik mencakup dua hal yaitu:
1.)    menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada  radio atau rekaman-rekaman.
2.)    menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.
                                                      
d.      Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing.
2.      Menyimak intensif (intensive listening) adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting, sebagai berikut:
a)      Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau
b)      Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian secara umum. Jelas bahwa dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa
a.       Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang di   dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran. Secara agak terperinci kegiatan-kegiatan yang mencakup dalam menyimak kritis, yaitu:
1)      Memperhatikan kebisaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, unsure-unsur kalimatnya;
2)      Menentukan alas an “mengapa”;
3)      Memahami aneka makna petunjuk konteks;
4)      Membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang tidak relevan;
5)      Membuat keputusan-keputusan;
6)      Menarik kesimpulan-kesimpulan;
7)      Menemukan jawaban bagi masalah tertentu;
8)      Menentukan informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topic;
9)      Menafsirkan, menginterperetasikan ungkapan, idiom, dan bahasa ang belum umum atau belum lazim dipakai;
10)  Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya prasangka atau kecerobohan, kekurangantelitian, serta kekeliruan (Anderson, 1972:70)
b.      Menyimak konsentratif (consentrative listening) sering juga disebut study-type listeningatau menyimak yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat. Kegiatan-kegiatan yang mencakup dalam menyimak konsentratif ini, yaitu:
1)      Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan;
2)      Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, serta ebab-akibat;
3)      Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu;
4)      Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran, ataupun pengorganisasiannya.
5)      Memahami urutan ide-ide sang pembicara;
6)      Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson 1972:70; Dawson [et all], 1963:153)
c.       Menyimak kreatif (Creative listening) adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang  disarankan oleh apa-apa didengarnya. Kegiatan yang mencakup dalam menyimak kraeatif ini, yaitu:
1)      Menghubungkan atau mengasosiasikan makna–makna dengan segala jenis pengalaman menyimak;
2)      Membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual dengan baik, semtara menyimak;
3)      Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan, dan pemetasan;
4)      Mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah serta sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaian tersebut (Anderson, 1972:70)
d.      Menyimak introgatif (introgative listening) adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan:
1)      Hal-hal baru yang menarik perhatian
2)      Informasi tambahan mengenai suatu topic. Dan
3)      Isu, perngunjingan, atau buah mulut yang menarik.
e.       Menyimak penyelidikan (exploratory listening) adalah sejenis menyimak intensif dengan     maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
f.       Menyimak selektif (selective listening) berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiataan yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan.                                                              
D. Tahap - Tahap Menyimak
a.       Isolasi : Pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-aspek individual kata lisan dan memisah-memisahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta, organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulus-stimulus lainnya.
b.       Identifikasi : Sekali stimulus tertentu telah dapat  dikenal maka suatu makna, atau identifikasi pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu.
c.        Integrasi: Kita mengintegrasikan atau menyatupadukan apa yang kita dengar informasi lain yang telah kita simpan dan rekam dalam otak kita. Oleh karena itulah maka pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini. Karena kalau proses menyimak berlangsung, kita harus terlebih dahulu harus mempunyai beberapa latar belakang atau pemahaman mengenai bidang pokok pesan tertentu. Kalau kita tidak memiliki bahan penunjang yang dapat dipergunakan untuk mengintegrasikan informasi yang baru itu, maka jelas kegiatan menyimak itu akan menemui kesulitan atau kendala.
d.       Inspeksi: Pada tahap ini, informasi baru yang telah kita terima dikontraskan dan dibandingkan dengan segala informasi yang telah kita miliki mengenai hal tersebut. Proses ini akan menjadi paling mudah berlangsung kalau informasi baru justru menunjang prasangka atau atau prakonsepsi kita. Akan tetapi, kalau informasi baru itu bertentangan dengan ide-ide kita sebelumnya mengenai sesuatu, maka kita harus mencari serta memilih hal-hal mana dari informasi itu yang lebih mendekati kebenaran.
e.        Interprestasi: Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi apa-apa yang kita dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. Kita pun mulailah menolak dan menyetujui, mengakui dan mempertimbangkan informasi tersebut berikut sumber-sumbernya. 
E. Teknik Pembelajaran Menyimak
Teknik pembelajaran menyimak dapat dilakukan dengan cara:
1.         Simak-ulang ucap (memperkenalkan bunyi bahasa dengan cara mengucapkannya). Model ucapan yang diperdengarkan, disimak, dan ditiru oleh siswa. Model ucapan dapat berupa ucapan fonem, kata, kalimat, ungkapan, peribahasa, puisi pendek, kata-kata mutiara, semboyan dan sebagainya.
Contoh:
Kata-kata mutiara.
Guru      : Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.
Siswa     :         Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.                                                       
2.      Dengar dan Kerjakan
Model ucapan berisi perintah diperdengarkan. Siswa menyimak dan memberikan reaksi dalam bentuk tindakan.
Contoh:
Guru : Bacalah artikel berikut dengan saksama!
Siswa     : (membaca artikel dengan saksama).

3.      Menemukan Benda
Guru menyiapkan sejumlah benda. Benda itu sebaiknya yang sudah dikenal siswa. Benda-benda dimasukkan ke dalam kotak terbuka. Guru menyebutkan nama benda, siswa mencari bendanya dalam kotak dan menunjukkan kepada guru atau temannya.

4.      Bisik berantai
Guru membisikkan kalimat kepada siswa yang duduk paling depan. Siswa tersebut menyampikan kalimat tadi dengan cara membisikannya ke telinga murid berikutnya. Demikian seterusnya sampai murid terakhir. Siswa terakhir mengucapkan kalimat itu dengan suara nyaring. Boleh juga menuliskannya di papan tulis. Guru memeriksa benar tidaknya.
Contoh:
Guru                : Pada saat apel Aji membawa apel untuk pacarnya
Siswa A           : Pada saat apel Aji membawa apel untuk pacarnya
Siswa C           : Pada saat apel Aji membawa apel untuk pacarnya
Siswa B           : Pada saat apel Aji membawa apel untuk pacarnya.

5.      Menyelesaikan Cerita
Kelas dibagi atas beberapa kelompok. Satu kelompok beranggotakan empat orang. Orang pertama dalam satu kelompok bercerita, tetapi ceritanya beru sebagian; dilanjutkan dengan oleh anggota kedua, dan ketiga, kemudian disudahi oleh siswa terakhir.
Contoh.
Siswa 1       : Saya pulang sekolah. Waktu itu cuaca cerah. Dalam perjalanan saya melihat jalan-jalan dan pohon-pohon basah semua. Pekarangan pun tampak becek. Bahkan di sana-sini air kecoklatan tampak menggenang. Air kali.....

Siswa 2       : Melanjutkan cerita itu...

6.      Identifikasi kata kunci (kalimat yang panjang dapat dicari dengan beberapa kata kunci yang terdapat dalam kalimat) Melalui kata-kata kunci itu kita sampai pada isi singkat bahan simakan. 
Guru      : Adanya pendidikan nonformal merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi mereka yang belum sempat mengenyam pendidikan formal.
Siswa  : (Mengidentifikasi kata-kata kunci); pendidikan nonformal itu salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
                                                           
7.      Identifikasi Kalimat Topik
Memahami teks lisan yang berupa wacana atau paragraf dapat melalui identifikasi kalimat topik atau pikiran utama. Pikiran utama biasanya berada pada permulaan paragraf atau akhir paragraf.

Contoh:
Guru   : (Memutar rekaman atau membacakan paragraf berikut)
(1) Budaya daerah yang beraneka ragam merupakan kekayaan bangsa.
(2) Dari keanekaragaman tersebut masih tampak adanya persamaan.
(3) Keanekaragaman budaya memang wajar karena kebudayaan itu masing-masing dikembangkan sesuai tuntutan lingkungan dan kebutuhan individual.
(4) Keanekaragaman itu akhirnya menuju pada kesatuan karena pada dasarnya bangsa Indonesia adalah satu.
Siswa          : (mengidentifikasi kalimat topik)
Budaya daerah yang beraneka ragam merupakan kekayaan bangsa.
8.      Merangkum
Menyimak bahan simakan yang relatif panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu diantaranya dengan cara menyingkat atau merangkum isinya dalam beberapa kalimat. Merangkum berarti membuat bahan simakan yang panjang menjadi  sedikit mungkin. Namun, yang sedikit itu dapat mewakili yang panjang.
Guru                : Dengarkan baik-baik wacana berikut!
Kelebihan Laut
            Sebagai tempat hidup, laut mempunyai kelebihan dibandingkan darat. Kelebihan-kelebihan laut, antara lain suhu yang berubah ubah, dukungan yang lebih banyak untuk melawan gravitasi bumi, dan air yang cukup tersedia. Dengan air yang cukup tersebut,  makhluk hidup di laut dapat menyerap air lansung masuk ke sistem tubuh. Makhluk hidup di laut dapat memperoleh oksigen dan karbon.
Siswa          : (Membuat rangkuman)
Kelebihan-kelebihan laut:  suhu yang berubah ubah, dukungan yang lebih banyak untuk melawan gravitasi bumi, dan air yang cukup tersedia.                                                                
9.      Parafrase (Guru memperdengarkan puisi, siswa menceritakan isi puisi)
   Suatu cara yang biasa digunakan untuk memahami isi puisi ialah dengan cara mengutarakan isi puisi itu dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa. Puisi yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa. Mereka menyimak isinya dan mengutarakan kembali dalam bentuk prosa.
Contoh :
Guru : Dengarkan baik-baik pembacaan puisi berikut ini. Simak isinya,
                          setelah itu susun kembali dalam bentuk prosa!


Pagi-Pagi
Teja dan cerawat telah gemilang
Memuramkan bintang mulia raya
Menjadi pudar dalam cahaya
Timbul tenggelam berulang-ulang
            Fajar di timur datang menjelang
            Membawa pertama ke atas dunia
            Seri berseri sepantun mutia
            Berbagai warna bersilang-silang
Lambat laun serta berdandan
Timbullah matahari dengan perlahan
Menyinari bumi dengan keindahan
            Segala bunga harumkan pandan
            Kembang terbuka gabus gubahan
            Dibasahi embun titik di dahan
Siswa        : (Menyusun parafrase)                                                                 
10.  Menjawab Pertanyaan
       Cara lain untuk mengajarkan cara menyimak yang efektif ialah melalui latihan menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, dan bilamana. Pertanyaa-pertanyaan itu diajukan atas dengan mengacu pada bahan simakan yang telah diperdengarkan kepada siswa.
F. Faktor yang Mempengaruhi dalam Menyimak
  1. Faktor Fisik
Kondisi fisik dan lingkungan fisik penyimak merupakan faktor yang penting dalam menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak.
  1. Faktor Psikologis
Faktor psikologis melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi, yaitu faktor-faktor psikologis dalam menyimak. Faktor-faktor ini antara lain mencakup masalah-masalah:
1)      Prasangka dan kurangnyasimpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alasan
2)      Keegosentrisan dan keasyikan terhdap minat pribadi serta masalah pribadi serta masalah pribadi
3)      Kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas
4)      Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan
5)      Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap sang pembicara.
Sebagian atau semua faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi kegiatan menyimak kearah yang merugikan yang tidak kita ingini, dan hal ini mempunyai akibat yang buruk bagi sebagian atau seluruh kegiatan belajar para siswa. Dalam hal-hal seperti inilah para guru harus menampilkan fungsi bimbingan dan penyuluhan serta mencoba memperbaiki kondisi-kondisi yang merugikan tersebut.
Guru juga harus mempertinggi serta memperkuat sifat ketanpaprasangkaan, kewajaran yang tidak berat sebelah, serta sifat yang tidak mementingkan diri sendiri; dan mencoba untuk memberikanserta mengadakan suatu latar belakang yang bersifat merangsang minat yang akan bertindak sebagai suatu keadaan yang menguntungkan bagi menyimak responsif.
Sebaliknya faktor-faktor psikologis ini pun mungkin pula sangat menguntungkan bagi kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, misalnya; pengalaman-pengalaman masa lalu yang sangat menyenangkan, yang telah menentukan minat-minat dan pilihan-pilihan, kepandaian yang beranekaragam dan lain- lainnya, kalau dihubungkan dengan suatu bidang diskusi jelas merupakan pengaruh-pengaruh baik bagi kegiatan menyimak yang mengasyikan, yang memukau dan menarik hati.















Tabel perbedaan Gaya Menyimak berdasarkan perbedaan Jenis kelamin

Perbedaan gaya Menyimak
Pria
Wanita
Objektif
Subjektif
Aktif
Pasif
Keras Hati
Simpatik
Analisis
Difusif
Rasional
Sensitif
Tidak mau mundur
Mudah terpengaruh
Netral
Cenderung memihak
Intrusif
Mudah mengalah
Berdikari
Reseptif
Swasembada
Bergantung
Menguasai Emosi
Emosional












BAB III
PENUTUPAN

A.    KESIMPULAN
            Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa teknik pembelajaran adalah cara-cara atau siasat yang di lakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mendapat hasil yang optimal. Teknik pembelajaran di tentukan berdasarkan metode yang digunakan menurut pendekatan yang dianut. Teknik pembelajaran tersebut meliputi teknik pembelajaran bahasa lisan dan teknik pembelajaran bahasa tulisan.
            Menyimak adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran itu dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman.Tujuan menyimak yaitu agar orang yang mendengarkan dapat memperoleh pengetahuan atau informasi mengenai hal tertentu dari berita atau cerita yang di dengar.

B.   Saran        
Karena menyimak memiliki peran yang sangat penting dan sangat banyak dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari, maka sangat penting juga bagi kita untuk mengetahui dan memahami menyimak dengan baik.Agar mendapatkan pesan, informasi, gagasan atau hal-hal yang tidak keliru. Dan agar tidak terjadinya kesalahpahaman dan miskomuniksai dalam berkomunikasi
















DAFTAR PUSTAKA
Brata, M. (2010). Keterampilan Menyimak. [Online]. Tersedia: http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html  [31 Maret 2015].
Fajrin. (2010). Teknik Pendidikan Bahasa di Kelas Rendah. [Online]. Tersedia: http://fajrinstation.blogspot.com/2010/04/teknik-pendidikan-bahasa-di-kelas.html  [31 Maret 2015].
Octaviani, F.P., (2013). Teknik Pembelajaran Menyimak. [Online]. Tersedia: http://zonafiyora.blogspot.com/2013/02/teknik-pembelajaran-menyimak.html  [31 Maret 2015].
Setyaningrum, Y. (2013). Kemampuan Menyimak di SD. [Online]. Tersedia: http://yurishandcraft.blogspot.com/2013/12/kemampuan-menyimak-di-sd_15.html  [31 Maret 2015].
Prof. DR. Henry Guntur Tarigan 2008 “Menyimak” Kampus IKIP Bumi Siliwangi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar