MemilihBahanSimakan
yang MenarikPerhatian
DiajukanuntukmemenuhisalahsatutugasmatakuliahKeterampilanMenyimak
Dosen pengampu:Haerudin, M.
Pd
Disusunoleh
:
Devani
Apriana
Kelas A3
PendidikanBahasadanSastra Indonesia
FakultasKeguruandanIlmuPendidikan
UniversitasMuhammadiyahTangerang
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga senantiasa
selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Ucapan
terimakasih saya ucapkan kepada Dosen pengampu mata kuliah Keterampilan
Menyimak, Bapak Haerudin, M.Pd yang telah mengarahkan serta membantu saya dalam
dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terimakasih saya sampaikan pula kepada
pihak-pihak yang telah berkontribusi banyak dalam terselesaikannya makalah ini.
Tersusunnya
makalah ini tentu tak luput dari kekurangan dan kekeliruan. Baik dari segi
penyajian informasi, susunan makalah, rangkaian kalimat yang salah maupun
keterbatasan ilmu kami sendiri dalam proses pembuatan makalah ini. Maka dari
itu kami mengharapkan kritik, saran dan arahan yang positif untuk perbaikan
pembuatan makalah kami di lain kesempatan.
Tangerang, 05 November 2016
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang ................................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah ............................................................................................ 1
C.
Tujuan
Penulisan .............................................................................................. 1
D.
Manfaat
Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A.
HAKIKAT
PERHATIAN ........................................................................................ 3
B.
FAKTOR
PEMENGARUH PERHATIAN MENYIMAK ....................................... 5
C.
BAHAN SIMAKAN YANG DAPAT
MENARIK PERHATIAN ........................... 8
D. MENYIMAK BERDASARKAN TUJUAN ............................................................ 9
E. MENGAPA ORANG TIDAK MENYIMAK ......................................................... 11
F.
STRATEGI PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN BERBICARA ........................ 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 13
A.
Kesimpulan
..................................................................................................... 13
B.
Saran
.............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam memilih bahan simakan yang
menarik perhatian sangat penting. Karena pada hakikatnya menyimak adalah suatu
penerimaan yang aktif terhadap informasi lisan. Atau suatu tindakan yang
refleksif, penyimak juga merupakan suatu perilaku yang dapat dianalisis dan
dimodifikasi. Kalau menyimak merupakan suatu tindakan elektif atau perbuatan
fakultatif, perhatian, yang sangat perlu bagi penyimakan yang baik, merupakan
suatu perilaku selektif atau kelakuan terpilih. Sehingga ada cara bagaimana
memilih bahan simakan yang menarik perhatian, hakikat perhatian, faktor
pemengaruh perhatian menyimak, dan bahan simakan yang menarik perhatian akan
dibahas lebih rinci dalam makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan Hakikat perhatian menyimak? Sebutkan! Dan jelaskan teori
seleksi-responsi, teori saringan, teori seleksi masukan?
2.
Apa
faktor pemengaruh perhatian menyimak?
3.
Bagaimana
bahan simakan yang menarik perhatian?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
apa itu hakikat perhatian, dan teori-teori yang terdapat di dalamnya dalam pembelajaran
keterampilan menyimak
2.
Mengetahui
apa faktor pemengaruh perhatian menyimak
3.
Mengetahui
bahan simakan yang menarik perhatian
4.
Mengtahui
strategi pembelajaran keterampilan berbicara
D.
Manfaat
·
Sebagai
calon guru dapat menyusun bahan pembelajaran keterampilan menyimak dengan baik
juga menarik. Strategi yang tepat dan efektif dalam meningkatkan keterampilan
menyimak
·
Agar
mahasiswa dapat memahami atau mengetahui lebih dalam tentang hakikat perhatian
menyimak, teori seleksi-responsi, teori saringan, teori seleksi masukan. Faktor
pemengaruh perhatian menyimak, dan bahan simakan yang menarik perhatian
tersebut dalam pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT
PERHATIAN
Perlu kita camkan menyimak adalah
suatu penerimaan yang aktif terhad apinformasi aktif terhadap informasi lisan. Kalau
menyimak merupakan suatu tindakan elektif atau perbuatan fakultatif, perhatian,
yang sangat perlu bagi penyimakan yang baik, merupakan suatu perilaku selektif atau
kelakuan terpilih. Contohnya pada suatu ketika, kita memilih untuk menyimak lagu-lagu
ciptaan Rinto Harahap pada waktu senggang; kemudian dari sekian banyak lagu ciptaannya,
kita menyeleksi lagu pujaan kita lalu menyimaknya dengan penuh perhatian.
Demikianlah
dapat kitasimpulkan bahwa perhatian adalah suatu proses penyelesaian dari berbagai
ragam stimuli sebuah stimulus yang penting bagi seseorang pada saat tertentu.
Pengertian perhatian itu sendiri tidak
sederhana anggapan kebanyakan orang
justru sangat rumit dan kita belum mengetahui banyak mengenai itu. Yang
jelas kita ketahui ialah bahwa perhatian itu beroperasi pada situasi, sikap,
dan rasa. Perhatian yang diberikan terhadap suatu percakapan pada suatu pesta
berbeda tipe dan intensitasnya dari perhatian yang kita berikan pada saat ujian
lisan.
Ada
seorang pakar
yang menyarankan bahwa konsep perhatian itu mencakup berbagai faktor, antara
lain:
1)
Konsentrasimental:mengonsentrasikan
diri pada tugas mental dan mencakup masukan stimulus yang akan berbaur dengan performansi
atau penampilan, seperti halnya pada saat kita belajar di perpustakaan dan menghilangkan/meniadakan
bunyi-bunyi yang tidak perlu.
2)
Kewaspadaan:melihat
jam atau waktu, walaupun sebenarnya tidak terjadi apa-apa sama hal nya dengan polisi
lalu lintas yang harus siap bertugas, walaupun di jalanan tiadak ada kendaraan atau
orang berjalan biar sepi polisi siap berdiri di persimpangan jalan.
3)
Selektivitas:mampumemilih
:menerima beberapa pesan sekaligus, serentak dan menyeleksi satu saja untuk diterima
dan diberi jawaban, seperti halnya pada sebuah pesta, para pelayan menawarkan berbagai
minuman dana traksi kepada kita.
4)
Mencari
dan memeriksa :memburu suatu tanda tertentu di antara seperangkat tanda-tanda,
seperti halnya dalam mengidentifikasi tema sepenggal music atau pesan dalam suatu
ceramah atau khotbah.
5)
Aktif
dan giat :selalu siap sedia, terus siaga menjawab apa saja yang akan muncul,
member responsi terhadap segala ucapan, seperti pada saat seseorang berkata
“parahadirin yang terhormat, kami meminta perhatian anda bahwa Bapak Menteri
yang kitananti-nantikan telah datang dan akan memberi ceramah sebentar lagi.”
6)
Penataandiri
:menata atau mempersiapkan diri baik-baik untuk memberikan reaksi atau sambutan
dengan cara tertentu baik secara mental maupun secara fisik, seperti halnya dalam
suatu perdebatan ataupun pada panggung pembuatan film.
Berikut
ini akan kita bicarakan beberapa di antara teori-teori yang berkenan dengan
perhatian itu ialah :
1.
Teori
Seleksi-Responsi
Teori
ini adalah buah pikiran Anthony Deutsch dan Diana Deutsch. Dalam teori ini,
seleksi dikaitkan langsung dengan kepentingan stimulus. Semakin penting suatu
stimulus kepada penerima, semakin kuat pula reaksinya, dan kekuatan reaksi
terhadap suatu stimulus menentukan seleksi. (contoh: kalau pada suatu waktu ada
tiga orang serentak berteriak kepada saya, masing-masing: “kucing”,rumah”, dan
“Tarigan”, saya akan memberi response pada kata “Tarigan”, karena itu yang
paling relevan, paling penting bagi saya, maklumlah nama saya Tarigan).
2.
Teori
Saringan
Teori
ini dikembangkan oleh Donald Broadbent.Informasi memasuki system melalui
sejumlah saluran paralel. Informasi itu disimpan dalam waktu terbatas di dalam
sebagian ingatan yang dikenal sebagai bank ingatan jangka pendek. Di sana,
stimulus atau informasi itu masuk ke dalam gudang permanen, yang dikenal
sebagai bank ingatan jangka panjang, atau keluar melalui mekanisme keluaran
(output). Dan dari saluran kapasitas terbatas kembali ke bank ingatan jangka
pendek.
Harus dicatat bahwa kita dapat
mengharapkan teori saringan berbeda dari teori seleksi-responsi, tetapi hal itu
tidak perlu dibesar-besarkan, dijadikan kasus pula. Walaupun teori saringan
tidap dapat menjelaskan seara pasti bagaimana terjadinya penyeleksian stimulus,
seakan-akan jelas bahwa – seprti halnya dalam teori seleksi
response-kepentingan atau relevansi suatu hal berkaitan erat atau bergantung
pada penyeleksiannya.
3.
Teori
seleksi masukan
Teori
ini dikembangkan oleh Anne M.Treisman, agak bersamaan dengan teori filter
Broadbent, tetapi jauh lebih eksplisit mengenai kaidah-kaidah yang
mengendalikan tindakan saringan itu. Masukan itu (pesan, informasi, dan data)
kemudian dianalisis berdasarkan sifat-sifat fisiknya (kenyaringan, tekanan,
warna, luas, dan ukuran). Menurut Treisman perhatian itu lebih dari sekedar
proses penyeleksian dan pengarahan informasi yang berikutnya ke dalam bank-bank
ingatan yang beraneka ragam atau mekanisme-mekanisme keluaran yang diusulkan
oleh Broadbent. Proses penyeleksian itu sendiri terdiri dari suatu analisis
sekilas mengenal semua sifat-sifat stimulus yang baru masuk.
B.
FAKTOR
PEMENGARUH PERHATIAN MENYIMAK
Kalau kita sepakat
bahwa keterampilan menyimak yang baik sangat penting bagi komunikasi lisan yang
efektif, kita harus mulai sedini mungkin menentukan cara-cara khusus untuk
meningkatkan keterampilan ini. Akan tetapi, sebelum kita melakukan hal ini,
kita harus mencoba memahami faktor-faktor yang dapat memengaruhi perhatian kita
untuk menyimak.
Ada beberapa faktor yang menentukan
keefektifan serta kualitas menyimak, antara lain :
1)
Faktor fisik
2)
Faktor psikologis
3)
Faktor eksperiensial
atau faktor pengalaman
4)
Faktor sikap
a)
Faktor fisik
Kondisi
fisik seseorang penyimak mungkin merupakan faktor penting yang turut menentukan
keefektifan serta kualitas menyimak. Ada orang yang sukar sekali
mendengar, dia mungkin saja terganggu serta serta dibingungkan oleh upaya yang
dia lakukan untuk mendengar. Lingkungan fisik juga bertanggung jawab atas
keefektifan menyimak seseorang.Ruangan yang terlalu panas, lembab, ataupun terlalu
dingin, suara atau bunyi yang mengganggu, dan lain-lain.
Di
sekolah sang guru hendaklah dengan cermat dan teliti nenciptakan suatu
lingkungan kelas yang tidak mendatangkan gangguan menyimak. Lebih jauh lagi,
sang guru harus membantu anak didik nya memperoleh situasi yang menyenangkan
serta cara penyajian belajar yang menarik hati, sehingga yang mereka simak
benar-benar mereka pahami.
b)
Faktor psikologis
Faktor
psikologis mencakup masalah-masalah:
a.
Prasangka dan
kurangnya simpati terhadap pembicara
b.
Keasyikan terhadap
minat-minat pribadi serta masalah-masalah pribadi
c.
Kepicika, kurang luas
pandangan
d.
Kebosanan atau
tiadanya perhatian pada subyek
e.
Sikap yang tidak layak
terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap subyek, terhadap pembicara.
Dalam hal inilah guru guru harus menampilkan
fungsi bimbingannya dan mencoba memperbaiki kondisi-kondisi
tersebut.Faktor-faktor psikologis mungkin pula sangat menguntungkan bagi
penyimak.Misalnya, pengalaman-pengalaman masa lalu yang menyenangkan,
kepandaian beraneka ragam, dan lain-lain.
c)
Faktor eksperiensial
atau faktor pengalaman
Latar
belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak.Kosa kata
menyimak juga turut mempengaruhi kualitas menyimak.Makna-makna yang yang
dipancarkan kata-kata asing cenderung mengurangi serta menyingkirkan perhatian
para siswa.Kosa kata menyimak cenderung berada atau ketinggalan di belakang
kebutuha para siswa.
Begitu
banyak istilah teknis dan abstrak yabg diperkenalkan dalam pengembangan kurikulum
sehingga anak tetap dipadati dengan pengertian kata-kata yang samar dan kurang
lengkap mereka dengar dalam pelajaran-pelajaran mereka. Maka, tidak dapat
disangkal bahwa sebagian besar dari pengajaran terbang begitu saja, tiada
melekat dalam otak.
d)
Faktor
sikap
Tidak
boleh kita abaikan terhadap perhatian menyimak. Sikap terbuka memang sangat
dibutuhkan dalam kegiatan menyimak. Sebaliknya sikap tertutup atau sikap curiga
akan mengurangi minat atau perhatian seseorang untuk menyimak pembicaraan
seseorang.
Banyak faktor sikap yang mempengaruhi kegiatan
menyimak yaitu sebagai berikut :
1. Pokok-pokok pembicaraan yang kita setujui
cenderung akan kita simak secara seksama dan penuh perhatian.
2. Pembicara harus memilih topik yang disenangi
oleh para penyimak.
3. Pembicara harus memahami sikap penyimak karena
merupakan modal penting bagi pembicara untuk menarik minat atau perhatian
menyimak.
4. Penampilan pembicara yang mengasyikkan dan
mengagumkan, sehingga membentuk sikap positif para siswa.
5. Faktor Motivasi
“Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan
seseorang.Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan
orang itu akan berhasil mencapai tujuan” (Tarigan, 1987:103).
Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala
sesuatu.Dalam mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak dicapai, bagi seorang
guru merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta
memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam kegiatan
menyimak, berikut faktor motivasi yang menentukan tersebut ;
1. Memiliki motivasi yang kuat dalam mengerjakan
sesuatu terutama menyimak.
2. Melibatkan system penilaian kita sendiri
sehingga kita dapat memperoleh sesuatu yang berharga dari isi pembicaraan itu
dengan sendirinya kita akan bersemangat untuk menyimaknya.
3. Penyimak mengajukan pertanyaan “Apa dan
apalagi yang dapat saya petik dari ceramah sang pakar ini?” karena pertanyaan
tersebut adalah pertanyaan yang tepat dan sahih.
4. Penyimak tidak yakin akan memperoleh sesuatu
yang berharga dan berguna dari pembicaraan.
5. Penyimak harus percaya bahwa penyimak
mempunyai sifat kooperatif tenggang hati, dan analitis sehingga kita menjadi
penyimak yang baik dan unggul.
6. Faktor Jenis Kelamin
Dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik simpulan bahwa
antara pria dan wanita, pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda dan cara
mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.
Tabel 1. Perbedaan Gaya Menyimak Pria dan
Wanita
Perbedaan Gaya Menyimak
|
|
Pria
|
Wanita
|
Objektif
Aktif
Keras hati
Analisis
Rasional
Tidak mau mundur
Netral
Intrusif (Bersifat
mengganggu)
Berdikari
Swasembada
Menguasai emosi
|
Subjektif
Pasif
Simpatik
Difusif (menyebar)
Sensitif
Mudah terpengaruh
Cenderung memihak
Mudah mengalah
Reseptif
Bergantung
Emosional
|
7. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar para siswa pada umumnya.Faktor lingkungan terdiri atas
dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.Dalam lingkungan fisik,
ruangan kelas merupakan faktor penting dalam memotivasi kegiatan menyimak,
seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-sarana akustik, agar
siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan.
Para guru harus dapat mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa
sehingga memungkinkan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
menyimak.
Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
siswa dalam menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana
mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui
bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. Anak-anak yang mempunyai
kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap lagi mendengarkan apabila
seseorang mempunyai kesempatan berbicara. Jadi, suasana dimana guru
merencanakan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat
memanfaatkan situasi ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan
berkomunikasi mereka.
8. Faktor Peranan Dalam Masyarakat
Kemampuan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh
peranan dalam masyarakat.Peranan dalam masyarakat menjadi faktor penting bagi
peningkatan keterampilan menyimak. Jika banyak menyimak maka akan banyak
menyerap pengetahuan pula.
Tarigan (1987:107) menyatakan bahwa “banyak
berjalan banyak dilihat; banyak disimak banyak diserap banyak
pengatahuan.”Kemauan menyimak dapat dipengaruhi oleh peranan dalam
masyarakat.Sebagai guru dan pendidik, dipandang perlu untuk menyimak ceramah,
kuliah atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah
pendidikan dan pengajaran.Sebagai seorang mahasiswa, diharapkan dapat menyimak
lebih seksama dan penuh perhatian daripada sebagai karyawan harian pada sebuah
perusahaan setempat.Jelaslah betapa pentingnya faktor peranan dalam masyarakat
bagi peningkatan menyimak.
Contoh faktor peranan dalam menyimak :
1. Peranan sebagai guru dan pendidik
Ingin sekali menyimak
ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan televise yang berhubungan dengan
masalah pendidikan dan pengajaran baik di tanah air maupun luar negeri.
2. Sebagai seorang berpendidikan (mahasiswa)
Mahasiswa harus dapat
menyimak lebih seksama dan penuh perhatian dibandingkan dengan karyawan harian
sebuah perusahaan.
3. Sebagai spesialis dan pakar dari berbagai
profesi seperti hakim, psikolog, antropolog, sosiolog, apoteker dan lainnya.
Pasti akan haus menyimak hal-hal yang ada kaitannya dengan
mereka dengan profesi dan keahlian mereka, yang dapat memperluas cakrawala
pengetahuan mereka.
C.
BAHAN SIMAKAN yang
DAPAT MENARIK PERHATIAN
Agar presentasi dapat
menarik perhatian para penyimak, maka haruslah memenuhi butir-butir berikut
ini:
1.
Tema Harus up-to-date. Bahan-bahan mutakhir yang terbaru, yang
muncul dalam kehidupan biasanya menarik perhatian. Oleh sebab itu sang
pembicara harus pandai memilih salah satu topik masalah yang masih menjadi buah
pembicaraan dalam masyarakat. Kalau hal ini dapat diseleksi dengan baik, tentu
pembicaraan yang disajikan pasti menarik perhatian, sebab semua orang ingin
tahu akan masalah itu dan bagaimana cara pemecahannya atau penyelesaiannya.
2.
Tema Terarah dan
Sederhana. Tema pembicaraan
jangan terlalu luas. Cakupan pembicaraan yang terlalu luas takkan terjangkau
oleh para penyimak. Pilihlah salah satu topik yang sederhana, jangan terlalu
rumit dan sukar, yang muncul dari kehidupan sehari-hari. Bahan pembicaraan yang
terlalu mengambang serta rumit tidak akan menarik perhatian, malahan
membosankan dan membingungkan para penyimak. Harus diingat bahwa yang
"sederhana" tidak harus diidentikkan dengan "jelek" dan
"tidak berguna"
3.
Tema dapat menambah
pengalaman dan pemahaman. Dari
pembicaraan seseorang, biasanya kita mengharapkan adanya hal-hal yang dapat
menambah pengetahuan. Topik atau tema yang disajikan dapat memperkaya
pengalaman dan mempertajam pemahaman serta penguasaan para penyimak akan
masalah itu. Nah, baik topik, maupun cara penyajiannya harus mampu memenuhi
tuntutan itu. Siapa yang mau membuang-buang waktu dan tenaga justru untuk
menyimak hal-hal yang tidak berguna, bukan?
4.
Tema bersifat sugestif
dan evaluatif. Tema atau topik
pembicarran haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga merangsang penyimak untuk
berbuat dengan tepat serta dapat memberi penilaian tepat tidaknya, baik
buruknya tindakan yang akan dilaksanakan. Pokok pembicaraan harus dapat
menggugah serta merangsang para penyimak untuk berbuat, bertindak, dan berkata
dalam hatinya: "Sayapun pasti dapat dan berhasil mengerjakan hal serupa
itu".
5.
Tema bersifat
motivatif. Topik atau tema
pembicaraan seyogyanya dapat memberikan dorongan kuat untuk berbuat lebih giat
dan lebih baik. Dapat memotivasi par apenyimak untuk bekerja lebih tekun untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Tentunya sang pembicara tidak mengharapkan
kurangnya motivasi berbuat dan bertindak para penyimak setelah menyimak ceramah
atau ujarannya.
6.
Pembicara harus dapat
menghibur. Manusia hidup
membutuhkan hiburan, apalagi setelah bekerja berat seharian. Dengan menyimak
sesuatu, maunya orang bisa melupakan kesusahan atau masalah hidup, paling
sedikit buat sementara, pada saat menyimak itu. Oleh sebab itu sang pembicara
harus pandai berkelakar, membuat humor yang dapat membuat para penyimak
tertawa, kalau perlu sampai terbahak-bahak.
7.
Bahasa sederhana mudah
dimengerti. Banyak orang
beranggapan bahwa suatu ceramah, kuliah, atau pembicaraan yang bermutu harus
diiringi oleh kata-kata yang pelik, istilah-istilah baru, dan kalimat-kalimat
yang panjang serta rumit. Anggapan itu keliru. Dengan bahsa yang
"sederhana" pun pesan dapat disampaikan kepada para penyimak. Justru
dengan bahasa yang sederhana, tema atau topik pembicaraan lebih mudah dipahami,
lebih cepat dimengerti, komunikasi berjalan lasncar tanpa kendala kebahsaan.
Oleh karena itu sang pembicara harus dapat mempergunakan bahasa yang sederhana,
yang mudah dimengerti, serta diselang-seling dengan humor dan petatah-petitih.
8.
Komunikasi dua arah. Alangkah baiknya jika suatu ceramah memberi
kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat kepada para penyimak. Jadikanlah
forum komunikasi itu menjadi komunikasi dua arah. Sang pembicara harus
mengusahakan timbulnya dialog dia dengan partisipan, walaupun hal ini menuntut
pengetahuan umum yang luas. Komunikasi itu jangan dibicarakan menjadi ajang
duolog melulu, yang membuat perhatian penyimak pudar atau hilang sama sekali.
Beri kesempatan berbicara juga kepada penyimak, saling berganti agar komunikasi
hidup, bersifat dua arah, merupakan dialog
D.
MENYIMAK BERDASARKAN
TUJUAN
Menyimak berdasarkan tujuan memiliki banyak
jenis bergantung apa yang ingin dicapai dari kegiatan menyimak tersebut. Secara
garis besar, menyimak berdasarkan tujuan dapat dibedakan menjadi berikut.
1.
Menyimak
untuk Belajar
Menyimak umumnya dilakukan disekolah, kampus, atau tempat
khursus. Namun, perlu anda ketahui bahwa belajar tidak hanya dilakukan dalam
situasi formal, tetapi dapat juga
dilakukan dalam situasi nonformal.
dalam hal ini menyimak
untuk belajar dapat diartikan sebagai menyimak untuk memperoleh pengetahuan
secara formal maupun nonformal. Anda tentu tahu, dimana saja kita dapat
memperoleh pengetahuan secara nonformal dan media-media yang dapat membantu
kita dalam rangka memperoleh pengetahuan secara nonformal melalui kegiatan
menyimak.
2.
Menyimak untuk Hiburan
menyimak untuk hiburan mendapat penekanan pada objek atau bahan
simakan. Jenis menyimak ini berhubungan dngan dunia pertunjukan. Tujuan dari
kegiatan menyimak jenis ini adalah untuk memperoleh hiburan dan
menghilangkan rasa jenuh atau kebosanan
dari rutinitas sehari-hari.
bahan simakan dapat
berupa seni pertunjukan, seperti kesenian tradisional (wayang, ketoprak), dapat
juga seni sastra (seni atau drama), seni lawak atau humor. Bahan-bahan simakan
ini selain dapat disimak melalui media elektronik, seperti radio atau kaset
rekaman, dapat juga disimak melalui pertunjukan yang disaksikan langsung
disuatu arena atau ditonton melalui media televise atau VCD. Dengan demikian,
menyimak jenis ini (menyimak hiburan) banyak dibantu oleh media fisual.
3.
Menyimak untuk Menilai
menyimak yang bertujuan untuk menilai banyak dilakukan oleh para
juri. Dalam hal ini, penyimak melakukan tugasnya sebagai juri suatu perlombaan
yang biasanya berhubungan dengan bahasa seperti lomba pidato, membaca puisi,
membaca Al-Qur’an, dan dapat juga lomba menyanyi.
Dalam menilai,
penyimak yang bertugas menjadi juri memegang pedoman penilaian yang berisi
kriteria-kriteria yang dinilai. Misalnya; kejelasan lafal, intonasi, irama, dan
penghayatan.
4.
Menyimak untuk
Mengapresiasi
Menyimak jenis ini
mirip dengan menyimak untuk hiburan, namun pada menyimak jenis ini ada nilai
tambahnya, yaitu penyimak dapat menyertakan perasaannya pada hal-hal yang
disimak. Artinya penyimak dapat berada di dalam peristiwa atau bahan yang
disimaknya. Jika seseorang menyimak sebuah drama tersebut. Penyimak dapat
merasa gembira, sedih, atau mungkin marah sesuai situasi atau suasana yang ada
dalam drama. Setelah drama berakhir, penyimak memberi penilaian yang diberikan
bergantung pada pengetahuan penyimak terhadap drama.
5.
Menyimak untuk
Memecahkan Masalah
Menyimak dengan
tujuan memecahkan masalah dapat berujung pada menyimak untuk memperoleh informasi
yang berdampak pada pemecahan suatu masalah. Pada menyimak jenis ini, seseorang
sengaja memilih bahan simakan dan melakukan kegiatan menyimak dalam rangka
memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Misal, Bu Ines ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan Quantum Teaching yang sedang ramai
dibicarakan orang-orang di kalangan pendidikan. Pada suatu ketika sebuah
lembaga mengadakan seminar dengan topic tersebut, Bu Ines tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu, dia lalu mengikuti seminar tersebut. Bu Ines meyimak dengan
baik penyajian yang disampaikan oleh pemakalah tentang Quantum Teaching. Setelah memperoleh informasi tersebut, masalah
yang di hadapi Bu Ines selama ini tentang Quantum
Teaching telah terpecahkan.
E.
MENGAPA ORANG TIDAK
MENYIMAK
Ada berapa sebab membuat orang tidak menyimak,
antara lain:
a)
Orang berada dalam
keadaan capek
b)
Orang berada dalam
keadaan tergesa-gesa
c)
Orang berada dalam
kebingungan
Golongan orang yang
banyak menyimak pada diri sendiri sehingga tidak memiliki waktu mendengarkan
atau menyimak orang lain:
1)
Tipe bunga karang
(tipe penyerap)
2)
Tipe orang berdikari
(menolak untuk menyimak)
3)
Tipe seniman ingatan
(menolak untuk menyimak secara sadar)
4)
Tipe orang yang
tergoda bukan oleh pribadi tertentu (mendapat informasi dari media)
5)
Estetikus gendang
pendengaran (kicau burung serta keriuhan kota merupakan musik bagi perangkat
penerima sensitifnya)
6)
Estetikus gendang
pendengaran yang luar biasa (mendengar atau menyimak musik bukan untuk
kesenangan atau kenikmatan)
7)
Peloncat senapan (sibuk
dengan memikirkan jawaban-jawaban yang akan diajukan, sehingga tidak ada waktu
untuk menyimak)
F.
STRATEGI PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN BERBICARA
Menurut
aliran komunikatif dan pragmatik, keterampilan berbicara dan keterampilan
menyimak berhubungan secara kuat. Interaksi lisan ditandai oleh rutinitas
informasi. Ciri lain adalah diperlukannya seorang pembicara mengasosiakan
makna, mengatur interaksi; siapa harus mengatakan apa, kepada siapa, kapan, dan
tentang apa. Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari
pembicara dalam membentuk sebuah kalimat. Sebuah kalimat, betapapun kecilnya,
memiliki struktur dasar yang saling bertemali sehingga mampu menyajikan sebuah
makna.
Dalam
konteks komunikasi, pembicara
berlaku sebagai pengirim (sender), sedangkan penerima (receiver) adalah
penerima warta (message). Warta terbentuk oleh informasi yang disampaikan
sender, dan massage merupakan objek dari komunikasi. Feedback muncul setelah
warta diterima, dan merupakan reaksi dari penerima pesan. Oleh karena itu,
proses pembelajaran berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik terlibat
aktif berkomunikasi.
Evaluasi
keterampilan berbicara dilakukan secara berbeda pada setiap jenjangnya.
Misalnya, pada tingkat Sekolah Dasar, kemampuan menceritakan, berpidato dan
lain-lain dapat dijadikan sebagai bentuk evaluasi. Seseorang dianggap memiliki
kemampuan berbicara selama ia mampu berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Dalam
pengajaran bahasa Indonesia, seharusnya evaluasi bagi penutur bahasa Indonesia
sebagai bahasa ibu atau kedua, tingkat evaluasinya tinggi. Artinya, kemampuan
yang dituntut jauh lebih tinggi daripada bagi peserta didik asing yang belajar
bahasa Indonesia.
Seperti
halnya keterampilan menyimak, keterampilam berbicara menduduki tempat utama
dalam memberi dan menerima informasi serta memajukan hidup dalam peradaban
dunia modern. Kemampuan individual untuk mengekspresikan gagasan sedemikian
rupa, sehingga orang lain mau mendengarkan dan memahami, telah menjadi
kebutuhan dasar bagi kehidupan masyarakat dan individual. Oleh karena itu,
kedua aspek keterampilan berbahasa tersebut telah selayaknya diperhatikan
dengan sungguh-sungguh dalam kebulatan program pengajaran bahasa, khususnya
bahasa Indonesia.
Keterampilan
berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi
artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan
kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan
persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang
luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara. Keterampilan
ini juga di dasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur,
benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti
rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.
Program
pengajaran keterampilan berbicara harus
mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang
dicita-citakan. Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal
berikut:
a)
Kemudahan
Berbicara
Peserta didik harus
mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka
mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di
dalam kelompok kecil maupun dihadapan pendengar umum yang lebih besar
jumlahnya. Para peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh
melalui latihan.
b)
Kejelasan
Dalam hal ini peserta
didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi
kalimat-kalimatnya. Gagasan yang di ucapkan harus tersusun dengan baik. Dengan
latihan berdiskusi yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan
berbicara tersebut dapat dicapai.
c)
Bertanggung
Jawab
Latihan berbicara yang
bagus menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat,
dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik
pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana
situasi pembicara serta momentumnya. Latihan demikian akan menghindarkan
peserta didik dari berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah
yang mengelabui kebenaran.
d)
Membentuk
Pendengaran yang Kritis
Latihan berbicara yang
baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga
menjadi tujuan utama program ini. Di sini peserta didik perlu belajar untuk
dapat mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara yang secara emplisit
mengajukan pertanyaan:
·
siapakah yang
berkata;
·
mengapa ia
berkata demikian?;
·
apa tujuannya;
·
apa
kewenangannya ia berkata begitu?
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam memilih bahan
simakan yang menarik perhatian sangat penting. Karena pada hakikatnya menyimak
adalah suatu penerimaan yang aktif terhadap informasi lisan. Atau suatu
tindakan yang refleksif. Pengertian
perhatian itu sendiri tidak sederhana anggapan kebanyakan orang justru sangat rumit dan kita belum mengetahui
banyak mengenai itu. Yang jelas kita ketahui ialah bahwa perhatian itu
beroperasi pada situasi, sikap, dan rasa.
B.
Saran
Saya sangat mengharapkan saran
dan kritik dari bapak dosen selaku mata kuliah keterampilan menyimak agar saya
dapat memperbaiki penulisan makalah saya di lain waktu menjadi lebih baik lagi
dan saya juga berharap melalui saran juga kritik ini saya bisa menjadi
mahasiswa dan menjadi calon guru yang berkualitas juga professional nantinya.
Daftar Pustaka
Tarigan
Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Penerbit Aksara. Hal 191-211
Bustanul
Arifin. 2008. Menyimak. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar