Senin, 19 Desember 2016


SUASANA MENYIMAK

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah meyimak
Dosen pengampu
HaerudinM.P.d





Disusun oleh: Mamas Mayang Sari
Kelas : A3




Sastra dan Bahasa Indonesia
Falkustas pendidikan
Universitas Muhamadiyah Tangerang
2016



Kata Pengantar

Segala puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang maha Esa atas rahmat dan bimbingan nya saya dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar agar tercapai tujuan kompetensi yang ingin  di capai pada setiap materi yang di sampaikan.
Penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kritik,saran,dan masukan sangat di harapkan untuk perbaikan isi makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca nya.










                                                                                                Tangerang,31 Oktober 2016





                                                                                                                Penulis







BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

            Suasana dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa.menyimak di luar  pembicara pembicaraan, dan menyimak. Suasana tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan keekfektifan menyimak. Dan pada dasarnya  saya akan membahas pengertian menyimak , suasana menyimak, faktor yang mempengaruhi menyimak .

B.     Rumusan Masalah

1.      Ada berapa macam suasana menyimak?
2.      Bagaimana cara meningkatkan suasana menyimak dengan baik?
3.      Bagaimana saran praktis meningkatkan keterampilan menyimak?

C.     Tujuan
 
1.      Untuk mengetahui berapa jenis suasana menyimak
2.      Agar kita mengetahui cara menyimak dengan baik
3.      Dapat mengetahui ide gagasan yang tersirat dalam bahasa
4.      Dapat mengapresiasikan menyimak dengan baik

D.     Manfaat

1.      Agar dapat memahami suasana dalam menyimak
2.      Karena mudah di terapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.      Agar mengetahui kualitas menyimak lebih baik lagi










BAB II
PENDAHULUAN
                               
A.   PENGANTAR

            Dalam bab ini secara berturut –turut kita akan memperbincangkan hal-hal yang berkenaan dengan
  1)      suasana menyimak yang bersifat  defensif   (bertahan)
  2)      suasana menyimak yang bersifat suportif   (menunjang)
  3)      saran-saran praktis meningkatkan keterampilan menyimak
  4)      tuntutan-tuntutan agar kita dapat menyimak secara baik
  5)      upaya agar dapat menyimak tepat guna
  6)      kendala-kendala dalam  menyimak efektif
  7)      perilaku menyimak yang baik

B.   SUASANA DEFENSIF
Banyak sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut kita siap untuk bertahan kalau tidak mau menemui kegagalan ,kekalahan,atau kehancuran.Sifat bertahan ini merupakan salah satu cirri dari insan hidup.
Suasana-suasana defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan dalam pesan-pesan lisan yang mengandung maksud yang bersungguh-sungguh dan tersirat,antara lain pesan-pesan yang bersifat :
   1)      Evaluatif . Hal ini biasanya terjadi pada seorang penyimak  saksama yang telah mendengar dengas jelas dari ujaran seorang pembicara,yang secara sadar atau tidak sadar memancing penilaian khusus.Contoh ucapan yang biasa memancing penilaian dari sang penyimak, antara lain
“Kami akan menunjukkan kepada Anda,apakah Anda orang yang berkepribadian atau tidak,orang yang jujur atau munafik .”
   2)      Mengawasi.pesan-pesan yang disampaikan oleh sang pembicara adakalanya membuat para penyimak bersiap-siap untuk mengontrol benar-tidaknya, tepat-melesatnya ,jujur-tidaknya,dan  objektif-subjektifnya ujaran itu.Ucapan-ucapan berikut ini jelas mengundang pengawasan atau pengontrolan dari para penyimak : Contoh “ Saudara-saudara , dengan tegas saya katakana bahwa saya adalah orang yang saleh ,jujur berbudi luhur, tidak pernah menyeleweng, tidak pernah berdusta, selalu mementingkan diri saya sendiri,Saya kira,saya tidak  mempunyai sifat tercela, dan sudah sepantasnya saya dipilih menjadi lurah desa ini. Kalau saya terpilih, saya akan memajukan desa ini dengan daya dan upaya
   3)      Strategis. Adakalanya pesan-pesan yang disampaikan oleh seseorang dalam ujaran atau pidato nya,secara sadar atau tidak sadar,membuat para penyimak siap untuk memasang kuda-kuda siasat atau pertahanan yang bersifat strategis. Contoh ujaran nya sebagai berikut:                      “Bapak-bapak,Saudara-saudara,sudah lama saya memperhitungkan bagaimana cara nya supaya anda semua mengerjakan segala sesatu itu sesuai dengan cara dan keinginan saya. Sekarang cara saya itu telah. Tidak dapat di ragukan lagi. Oleh sebab itu,turutinlah cara ini agar Anda memperoleh kemajuan juga manfaat,dan keuntugan yang tidak sedikit. Jangan ragu,jangan sanksi,saudara-saudara. Saya telah mempunyai cara yang tangguh untuk menyakinkan Anda   semua untuk bertindak dan bekerja sesuai dengan cara saya yang sungguh terpercaya dan terandalkan itu. Pendeknya,turutilah cara yang terbaik ini dengan penuh semangat dan tekad!”
   4)      Netral. Tidak jarang pesan-pesan yang di sampaikan atau di kemukakan oleh sang pembicara merangsang para penyimak untuk bertindak atau berpikir secara netral,tidak memihak pada orang atau golonngan tertentu. Contoh ujaran “Saudara-saudar harus tahu,saya tidak  mau tahu dengan masalah orang itu! Apaguna nya saya ,melibatkan diri dengn masalah oranglain,yang saya tidak tahu-menahu ujung pangkal nya. Masa bodoh dengan masalh oranglain. Jangankan masalah oranglain masalah saya sendiripun banyak yang harus di pecahkan.”
   5)      Superior. Menganggap diri sendiri lebih unggul dari oranglain. Para penyimak akan siap-siap bertahan bila dari ujaran seseorang terpancar rasa tinnggi hati dan rasa lebih unggul dari oranglain dalam segala hal. Memang hal ini sering dapat di saksikan dari kenyataan sehari-hari dalam kehidupan. Perhatikan dan simakah ujaran berikut ini:                                                                                                  “Kamu harus tahu,harus sadar.harus eling bahwa kamu ini belum apa-apa bila disbanding dengan anakmu tiada ijazah perguruan tinggi, anak saya semua semua sudah jadi sarjana. Nah,apa kamu tidak pernah pikirkan mengenai dirimu yang hina,yang papa yang cari pagi makan siang, cari siang makan sore, yang tidak mempunyai masa depan yang cerah? Ampun,ampun,dunia harimau,mata jadi telinga,telinga jadi mulut,apa tidak janggal dan tidak masuk akal?”
   6)      Pasti dan tentu. Sang pembicara yang menggemukakan sesuatu yang pasti,yang sudah tentumemancing dan merangsang para penyimak untuk bertahan atau definsif. Simak dan rasakanlah ucapan berikut ini:                                                                                                                                                                                                                                    “Engkau boleh pilih: mengaku atau saya pancung kepalamu! Saya hanya bisa memberi pilihan,tidak ada cara lain, hanya itu! Bagaimana, beri jawaban yang tegas lekas!”                                                                                                                                                                                                      Responsi kita yang normal terhadap seseorang yang mengomunikasikan sikap-sikap yang tertera di atas jelas bersifat defensif. Masalahnya adalah tentu terletak pada kenyataan bahwa kerap kali tidak sadar sepenuh nya mengapa kita tidak menyimak dengan baik bila kita berada dalam suasana defensif,gusar,marah,sakit hati,atau tersinggung. (Bormann & Bormann, 1977 : 219)
.
C.   SUASANA SUPORTIF

Kalau suasana komunikasi defensif kerap kli di timbulkan oleh pesan-pesan manipulative yang mengimplikasikan evaluasi,pengawasan siasat atau strategi,kenetralan, superioritas, dan kepastian dari pihak pembicara, suasana komunikasi suportif atau timbul dari pesan-pesan  yang mengimplikasin dekripsi atau pemerian,orientasi masalah,spontanitas,empati,ekualitas,atau kesamaan,dan profesionalisme Pada pihak pembicara. Keenam butir perangsang atau pemancing komunikasi suportif dalam menyimak ini akan perbincangkan secara berurutan berikut ini.
1)      Deskripsi. Suasana menyimak dapat berupa komunikasi suportif apabila sang pembicara dalam ujarannya mengimplikasikan pemerian atau deskripsi yang lebih banyak. Kita sebagai penyimak akan merasa lebih mudah menyimak ujaran berikut ini yang pesan-pesan nya menciptakan suasana yang bersifat menunjang,
“    Saudara-saudara  yang saya hormati! Tadi telah saya berikan sekilas mengenai kehidupan di desa ini,yang menurut saya jauh lebih maju dari desa-desa lain  yang menjadi tetangga kita. Saya yakin data-data yang saya kemukakan tadi masih jauh dari memuaskan. Oleh sebab itu,saya yakin Saudara-saudara dapat membantu saya. Tolong katakana kepada saya kemajuan-kemajuan apalagi yang telah di capai oleh desa kita ini: bidang kkesehatan dan kebersihan,bidang keluarga  berencana,bidang pertanian,bidang pendidikan,bidang keamanan,serta bidang kesenian dan kebudayaan. Saya harapkan bantuan anda, karena saa tahu anda lebih tahu mengenai hal itu. Tolonglah berikan kepada saya lebih banyak data dan penjelasan mengenai berbagai aspek kemajuan dan harapan masa depan desa kita ini!”
2)      Orientasi permasalahan. Ujaran atau pembicaraan yang berorientasi pada berbagai permasalahanpun dapat pula menjelmakan suasana menyimak yang suportif pada pihak penyimak. Memang, pesanpesan yang dapat menjelmakan suasana suportif pada pihak penyimak. Memang, pesan-pesan yang dapat menjelmakan suasana suportif itu biasanya lebih mudah di simak dan di tangkap isinya.
“Tadi telah saya kemukaan berbagai kemajuan yang telah di capai di desa kita ini. Sekarang,setelah Anda mendengar uraian singkattadi,mungkin timbul berbagai persoalan atau problem. Tolong katakan kepada saya problem apa yang mungkin timbul di hati anda dalam bidang kesehatan,keluarga berencana,pertanian dan pertenakan,pendidikan dan agama,keamanan desa,kesenian dan kebudayaan,lapangan kerja,danlainlain. Siapa tahu masalah-masalah itu dapat kita pecahkan bersama-sama,dan yang belum dapat di pecahkan akan akan saya usahakan penyelesaiannya!”
3)      Spotanitas. Sang pembicara yang dapat memanfaatkan unsur “spontanitas” dalam ujaran atau ucapannya jelas akan membuat para penyiimak lebih mudah mencerna dan menangkap isi pesan-pesan yang di sampaikan nya.
Misalnya:
Saudara-saudara para karyawan yang saya cintai .Demikianlah sekilas pandangan saya mengenai hubungam perusahaan dan karyawan  Sudah banyak yang saya kemukakan  mengenai kesejahteraan karyawan.Sekarang apa yang dapat kita lakukan mengenai kesejahteraan itu, khususnya:mengenai kenaikan gaji,pengurangan jam kerja sehingga sesuai dengan peraturan pemerintah,mengenai kesehatan para karyawan, dan masalah pemutusan kerja? Mari kita pikirkan bersama- sama hal ini. Tanpa karyawan yang sejahtera lahir batin, mustahil perusahaan ini bisa maju; tanpa kemajuan perusahaan,mustahil kesejahteraan karyawan dapat ditingkatkan”
4)      Empati. Ketegasan merupakan suaatu unsur penting yang harus dimanfaatkan oleh sang pembicara dalam menyampaikan pesan-pesannya.Mengapa?Karena hal itu dapat menimbulkan suasana suportif pada pihak penyimak dalam menyerap serta memahami isi pesan sang pembicara.Misalnya: “ Kita tidak  ingin di caci, difitnah, serta disisihkan tanpa alasan yang dapat diterima oleh akal sehat.Kita pasti berontak karena kita benar-benar dihina, dianggap rendah, sama dengan binatang, dan tiada harga apa-apa! Sungguh keji perbuatan mereka itu , bukan? Kita tidak mau  diperlakukan sehina  itu, karena kita ini adalah insane Tuhan yang mempunyai budi dan kepribadian!”
5)      Ekualitas. Unsur lain dalam ujaran yang dapat  menjelmakan suasana suportif dalam kegiatan menyimak adalah ekualitas atau persamaan (hak).Unsur ini seyogianya dimanfaatkan oleh sang pembicara untuk  menarik minat para penyimak terhadap  pesan-pesan yang akan  disampaikan.Misalnya: “ Saudara-saudara, memang dua atau lebih ide jauh lebih baik dari satu saja. Yang menjadi masalah sekarang, apa sajakah yang dapat kita pikirkan, rudingkan, musyawarahkan, yang terpenting, yang dapat kita lakukan bersama demi kemakmuran daerah ini?
Apa yang dapat kita kerjakan bersama untuk memperbaiki saluran air dari menumpas hama wereng supaya panen kita meningkat?Apa yang dapat kita laksanakan untuk memerangi kemiskinan dan penderitaan di daerah kita ini?Mari Saudara-saudara, bergotong-royong, bekerja sama demi masa depan putra-putri kita!
6)  Profesionalisme. Ketepatan, ketentuan, walaupun bersifat sementara merupakan salah satu    unsur pembentuk suasana menyimak yang suportif. Unsur ini dapat dimanfaatkan sang pembicara untuk menarik minat penyimak.Misalnya: “ Melihat penyakitmu yang sudah menahun maka cara yang  terbaik adalah berobat kepada dokter spesialis, ahli! Masalah uang pengobatan jangan khawatir, saya akan menolongmu. Besok pagi kita sama-sama pergi ke dokter di kota. Semoga penyakitmu ini bisa sembuh, dan kamu dapat bekerja seperti biasa.”
D.   SARAN PRAKTIS MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK
Perlu kita ketahui sebagai penambah cakrawala pengetahuan bahwa para pakar memperkirakan atau menaksir kira-kira 85% dari sesuatu yang diketahui insan manusia berasal dari hasil menyimak, tetapi  yang mereka ingat hanya kira-kira 20% dari yang mereka dengar itu. Dengan demikian, jelaslah betapa besarnya keuntungan yang diperoleh dari keterampilan menyimak itu dalam kehidupan manusia. Kalau hal ini kita sadari benar, kita akan sepakat betapa pentingnya meningkatkan keterampilan menyimak itu.
Banyak orang tidak memahami bahwa menyimak itu sama aktifnya dengan berbicara, bahkan dalam beberapa hal jauh lebih rumit dan sulit. Pembicara sudah jelas mengetahui pesan yang akan dikatakannya, sedangkan penyimak harus menginterpretasikan pesan yang akan disampaikan itu. Pokoknya penyimak harus memahami pesan yang dikatakan, mengingat apa yang telah dikatakan, dan melihat ke depan pesan yang akan mungkin dikatakan oleh pembicara.
Menyimak dengan baik menuntut perhatian, pikiran, penalaran, penafsiran, dan imajinasi dari sang penyimak.. para penyimak harus memproyeksikan diri mereka ke dalam pikiran pembicara, dan berupaya memahami bukan saja yang dikatakan oleh pembicara tetapi juga pesan yang dimaksudkannya. Penyimak tidak hanya harus memusatkan perhatiannya pada kata-kata yang diucapkan itu sendiri, tetapi juga pada nada-nada ucapan pembicara, pola-pola infleksi bahasa yang dipakai, dan lambing-lambang nonverbal seperti ekspresi-ekspersi wajah, gerakan, dan gerak-gerik atau mimiknya. Para penyimak yang tanggap akan hal-hal seperti itu, jelas akan lebih mudah menangkap dan memahami ide-ide pembicara, dan lebih mudah juga merasakan perasaan  pembicara.Untuk meningkatkan keterampilan menyimak, ada beberapa saran yang dapat kita manfaatkan. Beberapa diantara saran yang praktis itu kita terangkan.
   1)      Bersikaplah secara positif
Kita harus beranggapan bahwa pembicara ialah orang penting dan menarik, orang yang mempunyai banyak pengetahuan dan akan menyajikan bahan-bahan dan gagasan-gagasan yang berguna dan menyenangkan bagi kita. Selagi dia berbicara, carilah petunjuk-petunjuk mengenai kepribadiannya
   2)      Bertindaklah responsif
Selaku  penyimak yang baik, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri keinginan yang dikendaki atau dituntut oleh sang pembicara kepada diri kita. Pembicara mungkin saja menginginkan kita sebagai wadah, tempat, sasaran yang akann diberi informasi, yang akan diyakinkan atau yang akan dihibur. Bila memahami responsi yang diinginkan itu dengan cara yang cocok dan wajar.
Melalui sikap dan gerak-gerik yang waspada, kita menunjukkan bahwa kita menyimak dengan tekun. Dengan demikian, terjalinlah hubungan yang baik antara pembicara dan penyimak, saling menghargai, dan saling memerlukan.
   3)      Cegahlah gangguan-gangguan
Agar dapat menjadi penyimak yang baik, memang kita harus dapat menantang serta mencegah aneka gangguan atau kendala yang mungkin timbul.
   4)      Simak dan tangkaplah maksud pembicara
Adakalnya pada permulaan untuk menyampaikan pesannya, pembicara justru mengutarakan atau menyatakan ataupun mengimplikasikan maksud dan tujuan penampilannya.
   5)      Carilah tanda-tanda apa yang akan datang
Para pembicara yang berpenggalaman menyatakan maksud dan tujuan mereka dengan jelas, memberikan penekanan pada butir-butir penting, serta menyajikan prapandangan bagi kerangka pidato atau ujarannya.
   6)      Carilah rangkuman pembicaraan terdahulu
Disamping menyajikan petunjuk-petunjuk mengenai apa yang akan datang, biasanya para pembicara yang sudah berpenggalaman, yang sudah banyak makan garam dalam berbicara, melengkapi pidatonya dengan rangkuman-rangkuman singkat ataupun peringatan-peringatan bagi yang telah diutarakan terlebih dahulu.
   7)      Nilailah bahan-bahan penunjang
Kalau situasi menuntut kita menyimak kritis, seperti pada persuasi dan pemecahan masalah, simaklah baik-baik secara cermat penjelasan-penjelasan atau keterangan-keterangan logis, contoh-contoh yang relevan, fakta-fakta, dan kesaksian-kesaksian.
   8)      Carilah petunjuk-petunjuk nonverbal
Gaya, mimik, gerak-gerik, dan gerakan pembicara merupakan bagian vital dari pesannya Bersiap-siaga terhadap tanda-tanda yang nonverbal ini akan membantu Anda untuk memahami bagaimana gagasan itu “terasa” bagi sang pembicara.

E.   Model pembelajaran keterampilan Menyimak

Keterampilan menyimak antara lain:
   1)      Keterampilan mempersepsi
·         Membedakan bunyi bahasa.
·         Mengenali kata.
   2)      Keterampilan menganalisis
·         Mengidentifikasikan satuan gramatikal.
·         Mengidentifikasikan satuan pragmatis.


   3)      Keterampilan menyintesis
·         Menghubungan penanda bahasa dan bahasa lainnya.
·         Memanfaatkan latar belakang pengetahuan.


F.    Tujuan Pembelajaran Keterampilan Menyimak

·         Memahami percakapan sederhana
·         mamahami berbagai tuturan (peryataan) sederhana yang membentuk narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

G.  Model Pembelajaraan Keterampilan Berbicara
Model pembelajaran keterampilan Berbicata, yaitu:
a)      Berbicara dan menyimak adalah dua kegiata resiprokal;
b)      Berbicara adalah proses berbicara individu
c)      Berbicara adalah ekspresi kreatif
d)      Berbicara adalah tingkah laku
e)      Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman
f)       Berbicara merupakan sarana memperluas cakrawala
g)      Berbica adalah pancaran pribadi




  
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
    1)      Suasana Menyimak dibagi menjadi dua:
1.      SUASANA DEFENSIF
a)      Evaluatif.
b)      Mengawasi.pesan-pesan,
c)      Strategis.
d)     Netral.
e)      Superior.
f)       Pasti dan tentu.

2.      SUASANA SUPORTIF
 Keenam butir perangsang atau pemancing komunikasi suportif dalam menyimak ini akan perbincangkan secara berurutan berikut ini.
a)      Deskripsi
b)      Orientasi permasalahan
c)      Spotanitas
d)     Empati
e)      Ekualitas
f)        Profesionalisme

    2)      SARAN PRAKTIS MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK
Ada beberapa saran yang dapat kita manfaatkan:
a)      Bersikaplah secara posItif.
b)      Bertindaklah responsi
c)      Cegahlah gangguan-gangguan
d)      Simak dan tangkaplah maksud pembicara
e)      Carilah tanda-tanda apa yang akan datang
f)       Carilah rangkuman pembicaraan terdahulu
g)      Nilailah bahan-bahan penunjang
h)      Carilah petunjuk-petunjuk nonverbal     

    3)      MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK
a)      Keterampilan Mempersepsi
b)      Keterampilan Menganalisis
c)      Keterampilan Menyintesis

    4)      TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN
a)      Memahami percakapan sederhana
b)       Memahami berbagai tuturan ( pernyataan) sederhana yang membentuk narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi

    5)      MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA
a)      Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
b)      Berbicara adalah proses berbicara individu
c)      Berbicara adalah ekspresi kreatif
d)      Berbicara adalah tingkah laku
e)      Berbicara dipenggaruhi kekayaan pengalaman
f)       Berbicara merupakan sarana memperluas cakrawala
g)      Berbicara adalah pancaran pribadi

B.   Saran
Menyidari bahwa saya penulis masi jauh dari kata sempurna, kedepannya saya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan, untuk saran bisa kritik atau saran terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan





Daftar Pustaka

Tarigan,Guntur.2008.Menyimak.Bandung:Angkasa
Iskandarwassid & Sunendar.2016.Strategi Pembelajaran Bahasa.Bandung:PT                                                                       Remaja Rosdakarya.
Vharliend,Farlin.2015.Makalah Suasa Menyimak.http://farlinbaena.blogspot.co.id/?m. Diakses tanggal 25 April 2015.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar