SUASANA
MENYIMAK
Disusun
untuk memenuhi tugas matakuliah meyimak
Dosen pengampu
HaerudinM.P.d
Disusun oleh: Mamas Mayang Sari
Kelas : A3
Sastra dan Bahasa
Indonesia
Falkustas pendidikan
Universitas Muhamadiyah
Tangerang
2016
Kata Pengantar
Segala
puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang maha Esa atas rahmat dan
bimbingan nya saya dapat menyusun makalah ini.
Makalah
ini diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar agar tercapai tujuan
kompetensi yang ingin di capai pada
setiap materi yang di sampaikan.
Penyusun
menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kritik,saran,dan
masukan sangat di harapkan untuk perbaikan isi makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca nya.
Tangerang,31
Oktober 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Suasana
dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa.menyimak di
luar pembicara pembicaraan, dan menyimak.
Suasana tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan keekfektifan menyimak.
Dan pada dasarnya saya akan membahas pengertian
menyimak , suasana menyimak, faktor yang mempengaruhi menyimak .
B. Rumusan
Masalah
1.
Ada
berapa macam suasana menyimak?
2.
Bagaimana
cara meningkatkan suasana menyimak dengan baik?
3.
Bagaimana
saran praktis meningkatkan keterampilan menyimak?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui berapa jenis suasana menyimak
2.
Agar
kita mengetahui cara menyimak dengan baik
3.
Dapat
mengetahui ide gagasan yang tersirat dalam bahasa
4.
Dapat
mengapresiasikan menyimak dengan baik
D. Manfaat
1.
Agar
dapat memahami suasana dalam menyimak
2.
Karena
mudah di terapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.
Agar
mengetahui kualitas menyimak lebih baik lagi
BAB II
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
Dalam bab ini secara berturut –turut
kita akan memperbincangkan hal-hal yang berkenaan dengan
1)
suasana
menyimak yang bersifat defensif (bertahan)
2)
suasana
menyimak yang bersifat suportif
(menunjang)
3)
saran-saran
praktis meningkatkan keterampilan menyimak
4)
tuntutan-tuntutan
agar kita dapat menyimak secara baik
5)
upaya
agar dapat menyimak tepat guna
6)
kendala-kendala
dalam menyimak efektif
7)
perilaku
menyimak yang baik
B.
SUASANA DEFENSIF
Banyak
sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut kita siap untuk bertahan kalau
tidak mau menemui kegagalan ,kekalahan,atau kehancuran.Sifat bertahan ini
merupakan salah satu cirri dari insan hidup.
Suasana-suasana
defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan dalam pesan-pesan lisan yang
mengandung maksud yang bersungguh-sungguh dan tersirat,antara lain pesan-pesan
yang bersifat :
1)
Evaluatif
. Hal ini biasanya terjadi pada seorang penyimak saksama yang telah mendengar dengas jelas
dari ujaran seorang pembicara,yang secara sadar atau tidak sadar memancing
penilaian khusus.Contoh ucapan yang biasa memancing penilaian dari sang
penyimak, antara lain
“Kami akan menunjukkan
kepada Anda,apakah Anda orang yang berkepribadian atau tidak,orang yang jujur
atau munafik .”
2)
Mengawasi.pesan-pesan
yang disampaikan oleh sang pembicara adakalanya membuat para penyimak
bersiap-siap untuk mengontrol benar-tidaknya, tepat-melesatnya
,jujur-tidaknya,dan
objektif-subjektifnya ujaran itu.Ucapan-ucapan berikut ini jelas
mengundang pengawasan atau pengontrolan dari para penyimak : Contoh “
Saudara-saudara , dengan tegas saya katakana bahwa saya adalah orang yang saleh
,jujur berbudi luhur, tidak pernah menyeleweng, tidak pernah berdusta, selalu
mementingkan diri saya sendiri,Saya kira,saya tidak mempunyai sifat tercela, dan sudah sepantasnya
saya dipilih menjadi lurah desa ini. Kalau saya terpilih, saya akan memajukan
desa ini dengan daya dan upaya
3)
Strategis.
Adakalanya pesan-pesan yang disampaikan oleh seseorang dalam ujaran atau pidato
nya,secara sadar atau tidak sadar,membuat para penyimak siap untuk memasang
kuda-kuda siasat atau pertahanan yang bersifat strategis. Contoh ujaran nya
sebagai berikut: “Bapak-bapak,Saudara-saudara,sudah
lama saya memperhitungkan bagaimana cara nya supaya anda semua mengerjakan segala
sesatu itu sesuai dengan cara dan keinginan saya. Sekarang cara saya itu telah.
Tidak dapat di ragukan lagi. Oleh sebab itu,turutinlah cara ini agar Anda
memperoleh kemajuan juga manfaat,dan keuntugan yang tidak sedikit. Jangan
ragu,jangan sanksi,saudara-saudara. Saya telah mempunyai cara yang tangguh
untuk menyakinkan Anda semua untuk
bertindak dan bekerja sesuai dengan cara saya yang sungguh terpercaya dan
terandalkan itu. Pendeknya,turutilah cara yang terbaik ini dengan penuh
semangat dan tekad!”
4)
Netral.
Tidak jarang pesan-pesan yang di sampaikan atau di kemukakan oleh sang
pembicara merangsang para penyimak untuk bertindak atau berpikir secara
netral,tidak memihak pada orang atau golonngan tertentu. Contoh ujaran
“Saudara-saudar harus tahu,saya tidak
mau tahu dengan masalah orang itu! Apaguna nya saya ,melibatkan diri
dengn masalah oranglain,yang saya tidak tahu-menahu ujung pangkal nya. Masa
bodoh dengan masalh oranglain. Jangankan masalah oranglain masalah saya
sendiripun banyak yang harus di pecahkan.”
5)
Superior.
Menganggap diri sendiri lebih unggul dari oranglain. Para penyimak akan
siap-siap bertahan bila dari ujaran seseorang terpancar rasa tinnggi hati dan
rasa lebih unggul dari oranglain dalam segala hal. Memang hal ini sering dapat
di saksikan dari kenyataan sehari-hari dalam kehidupan. Perhatikan dan simakah
ujaran berikut ini:
“Kamu harus tahu,harus sadar.harus eling bahwa kamu ini belum apa-apa
bila disbanding dengan anakmu tiada ijazah perguruan tinggi, anak saya semua
semua sudah jadi sarjana. Nah,apa kamu tidak pernah pikirkan mengenai dirimu
yang hina,yang papa yang cari pagi makan siang, cari siang makan sore, yang
tidak mempunyai masa depan yang cerah? Ampun,ampun,dunia harimau,mata jadi
telinga,telinga jadi mulut,apa tidak janggal dan tidak masuk akal?”
6)
Pasti
dan tentu. Sang pembicara yang menggemukakan sesuatu yang pasti,yang sudah
tentumemancing dan merangsang para penyimak untuk bertahan atau definsif. Simak
dan rasakanlah ucapan berikut ini:
“Engkau boleh
pilih: mengaku atau saya pancung kepalamu! Saya hanya bisa memberi
pilihan,tidak ada cara lain, hanya itu! Bagaimana, beri jawaban yang tegas
lekas!”
Responsi
kita yang normal terhadap seseorang yang mengomunikasikan sikap-sikap yang
tertera di atas jelas bersifat defensif. Masalahnya adalah tentu terletak pada
kenyataan bahwa kerap kali tidak sadar sepenuh nya mengapa kita tidak menyimak
dengan baik bila kita berada dalam suasana defensif,gusar,marah,sakit hati,atau
tersinggung. (Bormann & Bormann, 1977 : 219)
.
C.
SUASANA SUPORTIF
Kalau suasana
komunikasi defensif kerap kli di timbulkan oleh pesan-pesan manipulative yang
mengimplikasikan evaluasi,pengawasan siasat atau strategi,kenetralan,
superioritas, dan kepastian dari pihak pembicara, suasana komunikasi suportif atau timbul dari pesan-pesan yang mengimplikasin dekripsi atau pemerian,orientasi
masalah,spontanitas,empati,ekualitas,atau kesamaan,dan profesionalisme Pada
pihak pembicara. Keenam butir perangsang atau pemancing komunikasi suportif
dalam menyimak ini akan perbincangkan secara berurutan berikut ini.
1)
Deskripsi. Suasana menyimak dapat
berupa komunikasi suportif apabila sang pembicara dalam ujarannya
mengimplikasikan pemerian atau deskripsi yang lebih banyak. Kita sebagai
penyimak akan merasa lebih mudah menyimak ujaran berikut ini yang pesan-pesan
nya menciptakan suasana yang bersifat menunjang,
“ Saudara-saudara yang saya hormati! Tadi telah saya berikan
sekilas mengenai kehidupan di desa ini,yang menurut saya jauh lebih maju dari
desa-desa lain yang menjadi tetangga
kita. Saya yakin data-data yang saya kemukakan tadi masih jauh dari memuaskan.
Oleh sebab itu,saya yakin Saudara-saudara dapat membantu saya. Tolong katakana
kepada saya kemajuan-kemajuan apalagi yang telah di capai oleh desa kita ini:
bidang kkesehatan dan kebersihan,bidang keluarga berencana,bidang pertanian,bidang
pendidikan,bidang keamanan,serta bidang kesenian dan kebudayaan. Saya harapkan
bantuan anda, karena saa tahu anda lebih tahu mengenai hal itu. Tolonglah
berikan kepada saya lebih banyak data dan penjelasan mengenai berbagai aspek
kemajuan dan harapan masa depan desa kita ini!”
2)
Orientasi permasalahan.
Ujaran
atau pembicaraan yang berorientasi pada berbagai permasalahanpun dapat pula
menjelmakan suasana menyimak yang suportif pada pihak penyimak. Memang,
pesanpesan yang dapat menjelmakan suasana suportif pada pihak penyimak. Memang,
pesan-pesan yang dapat menjelmakan suasana suportif itu biasanya lebih mudah di
simak dan di tangkap isinya.
“Tadi
telah saya kemukaan berbagai kemajuan yang telah di capai di desa kita ini.
Sekarang,setelah Anda mendengar uraian singkattadi,mungkin timbul berbagai
persoalan atau problem. Tolong katakan kepada saya problem apa yang mungkin
timbul di hati anda dalam bidang kesehatan,keluarga berencana,pertanian dan
pertenakan,pendidikan dan agama,keamanan desa,kesenian dan kebudayaan,lapangan
kerja,danlainlain. Siapa tahu masalah-masalah itu dapat kita pecahkan
bersama-sama,dan yang belum dapat di pecahkan akan akan saya usahakan
penyelesaiannya!”
3)
Spotanitas. Sang pembicara yang
dapat memanfaatkan unsur “spontanitas” dalam ujaran atau ucapannya jelas akan
membuat para penyiimak lebih mudah mencerna dan menangkap isi pesan-pesan yang di sampaikan nya.
Misalnya:
“Saudara-saudara para karyawan yang saya
cintai .Demikianlah sekilas pandangan saya mengenai hubungam perusahaan dan
karyawan Sudah banyak yang saya
kemukakan mengenai kesejahteraan
karyawan.Sekarang apa yang dapat kita lakukan mengenai kesejahteraan itu,
khususnya:mengenai kenaikan gaji,pengurangan jam kerja sehingga sesuai dengan
peraturan pemerintah,mengenai kesehatan para karyawan, dan masalah pemutusan
kerja? Mari kita pikirkan bersama- sama hal ini. Tanpa karyawan yang sejahtera
lahir batin, mustahil perusahaan ini bisa maju; tanpa kemajuan
perusahaan,mustahil kesejahteraan karyawan dapat ditingkatkan”
4)
Empati. Ketegasan merupakan
suaatu unsur penting yang harus dimanfaatkan oleh sang pembicara dalam
menyampaikan pesan-pesannya.Mengapa?Karena hal itu dapat menimbulkan suasana
suportif pada pihak penyimak dalam menyerap serta memahami isi pesan sang
pembicara.Misalnya: “ Kita tidak ingin
di caci, difitnah, serta disisihkan tanpa alasan yang dapat diterima oleh akal
sehat.Kita pasti berontak karena kita benar-benar dihina, dianggap rendah, sama
dengan binatang, dan tiada harga apa-apa! Sungguh keji perbuatan mereka itu ,
bukan? Kita tidak mau diperlakukan sehina itu, karena kita ini adalah insane Tuhan yang
mempunyai budi dan kepribadian!”
5)
Ekualitas.
Unsur lain dalam ujaran yang dapat
menjelmakan suasana suportif dalam kegiatan menyimak adalah ekualitas
atau persamaan (hak).Unsur ini seyogianya dimanfaatkan oleh sang pembicara
untuk menarik minat para penyimak
terhadap pesan-pesan yang akan disampaikan.Misalnya: “ Saudara-saudara,
memang dua atau lebih ide jauh lebih baik dari satu saja. Yang menjadi masalah
sekarang, apa sajakah yang dapat kita pikirkan, rudingkan, musyawarahkan, yang
terpenting, yang dapat kita lakukan bersama demi kemakmuran daerah ini?
Apa
yang dapat kita kerjakan bersama untuk memperbaiki saluran air dari menumpas
hama wereng supaya panen kita meningkat?Apa yang dapat kita laksanakan untuk
memerangi kemiskinan dan penderitaan di daerah kita ini?Mari Saudara-saudara,
bergotong-royong, bekerja sama demi masa depan putra-putri kita!
6) Profesionalisme. Ketepatan, ketentuan,
walaupun bersifat sementara merupakan salah satu unsur pembentuk suasana menyimak yang
suportif. Unsur ini dapat dimanfaatkan sang pembicara untuk menarik minat
penyimak.Misalnya: “ Melihat penyakitmu yang sudah menahun maka cara yang terbaik adalah berobat kepada dokter
spesialis, ahli! Masalah uang pengobatan jangan khawatir, saya akan menolongmu.
Besok pagi kita sama-sama pergi ke dokter di kota. Semoga penyakitmu ini bisa
sembuh, dan kamu dapat bekerja seperti biasa.”
D.
SARAN PRAKTIS
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK
Perlu
kita ketahui sebagai penambah cakrawala pengetahuan bahwa para pakar
memperkirakan atau menaksir kira-kira 85% dari sesuatu yang diketahui insan
manusia berasal dari hasil menyimak, tetapi
yang mereka ingat hanya kira-kira 20% dari yang mereka dengar itu.
Dengan demikian, jelaslah betapa besarnya keuntungan yang diperoleh dari
keterampilan menyimak itu dalam kehidupan manusia. Kalau hal ini kita sadari benar,
kita akan sepakat betapa pentingnya meningkatkan keterampilan menyimak itu.
Banyak
orang tidak memahami bahwa menyimak itu sama aktifnya dengan berbicara, bahkan
dalam beberapa hal jauh lebih rumit dan sulit. Pembicara sudah jelas mengetahui
pesan yang akan dikatakannya, sedangkan penyimak harus menginterpretasikan
pesan yang akan disampaikan itu. Pokoknya penyimak harus memahami pesan yang
dikatakan, mengingat apa yang telah dikatakan, dan melihat ke depan pesan yang
akan mungkin dikatakan oleh pembicara.
Menyimak
dengan baik menuntut perhatian, pikiran, penalaran, penafsiran, dan imajinasi
dari sang penyimak.. para penyimak harus memproyeksikan diri mereka ke dalam
pikiran pembicara, dan berupaya memahami bukan saja yang dikatakan oleh
pembicara tetapi juga pesan yang dimaksudkannya. Penyimak tidak hanya harus
memusatkan perhatiannya pada kata-kata yang diucapkan itu sendiri, tetapi juga
pada nada-nada ucapan pembicara, pola-pola infleksi bahasa yang dipakai, dan
lambing-lambang nonverbal seperti ekspresi-ekspersi wajah, gerakan, dan
gerak-gerik atau mimiknya. Para penyimak yang tanggap akan hal-hal seperti itu,
jelas akan lebih mudah menangkap dan memahami ide-ide pembicara, dan lebih
mudah juga merasakan perasaan pembicara.Untuk
meningkatkan keterampilan menyimak, ada beberapa saran yang dapat kita
manfaatkan. Beberapa diantara saran yang praktis itu kita terangkan.
1) Bersikaplah
secara positif
Kita harus beranggapan
bahwa pembicara ialah orang penting dan menarik, orang yang mempunyai banyak
pengetahuan dan akan menyajikan bahan-bahan dan gagasan-gagasan yang berguna
dan menyenangkan bagi kita. Selagi dia berbicara, carilah petunjuk-petunjuk
mengenai kepribadiannya
2) Bertindaklah
responsif
Selaku penyimak yang baik, kita harus bertanya
kepada diri kita sendiri keinginan yang dikendaki atau dituntut oleh sang
pembicara kepada diri kita. Pembicara mungkin saja menginginkan kita sebagai
wadah, tempat, sasaran yang akann diberi informasi, yang akan diyakinkan atau
yang akan dihibur. Bila memahami responsi yang diinginkan itu dengan cara yang
cocok dan wajar.
Melalui sikap dan
gerak-gerik yang waspada, kita menunjukkan bahwa kita menyimak dengan tekun.
Dengan demikian, terjalinlah hubungan yang baik antara pembicara dan penyimak,
saling menghargai, dan saling memerlukan.
3) Cegahlah
gangguan-gangguan
Agar dapat menjadi
penyimak yang baik, memang kita harus dapat menantang serta mencegah aneka
gangguan atau kendala yang mungkin timbul.
4) Simak
dan tangkaplah maksud pembicara
Adakalnya pada
permulaan untuk menyampaikan pesannya, pembicara justru mengutarakan atau
menyatakan ataupun mengimplikasikan maksud dan tujuan penampilannya.
5) Carilah
tanda-tanda apa yang akan datang
Para pembicara yang
berpenggalaman menyatakan maksud dan tujuan mereka dengan jelas, memberikan
penekanan pada butir-butir penting, serta menyajikan prapandangan bagi kerangka
pidato atau ujarannya.
6) Carilah
rangkuman pembicaraan terdahulu
Disamping menyajikan
petunjuk-petunjuk mengenai apa yang akan datang, biasanya para pembicara yang
sudah berpenggalaman, yang sudah banyak makan garam dalam berbicara, melengkapi
pidatonya dengan rangkuman-rangkuman singkat ataupun peringatan-peringatan bagi
yang telah diutarakan terlebih dahulu.
7) Nilailah
bahan-bahan penunjang
Kalau situasi menuntut
kita menyimak kritis, seperti pada persuasi dan pemecahan masalah, simaklah
baik-baik secara cermat penjelasan-penjelasan atau keterangan-keterangan logis,
contoh-contoh yang relevan, fakta-fakta, dan kesaksian-kesaksian.
8) Carilah
petunjuk-petunjuk nonverbal
Gaya, mimik,
gerak-gerik, dan gerakan pembicara merupakan bagian vital dari pesannya
Bersiap-siaga terhadap tanda-tanda yang nonverbal ini akan membantu Anda untuk
memahami bagaimana gagasan itu “terasa” bagi sang pembicara.
E.
Model
pembelajaran keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak antara lain:
1) Keterampilan
mempersepsi
·
Membedakan
bunyi bahasa.
·
Mengenali
kata.
2) Keterampilan
menganalisis
·
Mengidentifikasikan
satuan gramatikal.
·
Mengidentifikasikan
satuan pragmatis.
3) Keterampilan
menyintesis
·
Menghubungan
penanda bahasa dan bahasa lainnya.
·
Memanfaatkan
latar belakang pengetahuan.
F.
Tujuan Pembelajaran Keterampilan
Menyimak
·
Memahami
percakapan sederhana
·
mamahami
berbagai tuturan (peryataan) sederhana yang membentuk narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
G.
Model
Pembelajaraan Keterampilan Berbicara
Model pembelajaran
keterampilan Berbicata, yaitu:
a)
Berbicara
dan menyimak adalah dua kegiata resiprokal;
b)
Berbicara
adalah proses berbicara individu
c)
Berbicara
adalah ekspresi kreatif
d)
Berbicara
adalah tingkah laku
e)
Berbicara
dipengaruhi kekayaan pengalaman
f)
Berbicara
merupakan sarana memperluas cakrawala
g)
Berbica
adalah pancaran pribadi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1)
Suasana
Menyimak dibagi menjadi dua:
1.
SUASANA
DEFENSIF
a)
Evaluatif.
b)
Mengawasi.pesan-pesan,
c)
Strategis.
d)
Netral.
e)
Superior.
f)
Pasti
dan tentu.
2.
SUASANA
SUPORTIF
Keenam butir perangsang atau pemancing
komunikasi suportif dalam menyimak ini akan perbincangkan secara berurutan
berikut ini.
a)
Deskripsi
b)
Orientasi permasalahan
c)
Spotanitas
d)
Empati
e) Ekualitas
f)
Profesionalisme
2)
SARAN
PRAKTIS MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK
Ada
beberapa saran yang dapat kita manfaatkan:
a)
Bersikaplah
secara posItif.
b)
Bertindaklah
responsi
c)
Cegahlah
gangguan-gangguan
d)
Simak
dan tangkaplah maksud pembicara
e)
Carilah
tanda-tanda apa yang akan datang
f)
Carilah
rangkuman pembicaraan terdahulu
g)
Nilailah
bahan-bahan penunjang
h)
Carilah
petunjuk-petunjuk nonverbal
3)
MODEL
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK
a)
Keterampilan
Mempersepsi
b)
Keterampilan
Menganalisis
c)
Keterampilan
Menyintesis
4)
TUJUAN
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN
a)
Memahami
percakapan sederhana
b)
Memahami berbagai tuturan ( pernyataan)
sederhana yang membentuk narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan
persuasi
5)
MODEL
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA
a)
Berbicara
dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
b)
Berbicara
adalah proses berbicara individu
c)
Berbicara
adalah ekspresi kreatif
d)
Berbicara
adalah tingkah laku
e)
Berbicara
dipenggaruhi kekayaan pengalaman
f)
Berbicara
merupakan sarana memperluas cakrawala
g)
Berbicara
adalah pancaran pribadi
B. Saran
Menyidari
bahwa saya penulis masi jauh dari kata sempurna, kedepannya saya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan,
untuk saran bisa kritik atau saran terhadap kesimpulan dari bahasan makalah
yang telah dijelaskan
Daftar Pustaka
Tarigan,Guntur.2008.Menyimak.Bandung:Angkasa
Iskandarwassid
& Sunendar.2016.Strategi Pembelajaran
Bahasa.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Vharliend,Farlin.2015.Makalah Suasa Menyimak.http://farlinbaena.blogspot.co.id/?m.
Diakses tanggal 25 April 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar